TIMES MALANG, JAKARTA – Ketegangan antar Amerika Serikat dan Rusia kembali naik, menyusul pernyataan yang sangat provokatif' dari mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev, dan jawabannya Presiden Donald Trump telah memerintahkan dua kapal selam nuklirnya bergerak ke sana.
Dmitry Medvedev yang kini menjadi wakil Dewan Keamanan Rusia itu sering membuat pernyataan provokatif dan retorika-retorika, dengan ancaman-ancamannya.
Medvedev, mantan presiden Rusia yang mengundurkan diri saat Vladimir Putin mengundurkan diri dari jabatan puncak itu, memancing kemarahan Donald Trump dengan unggahannya minggu ini.
"Trump sedang memainkan permainan ultimatum dengan Rusia. Setiap ultimatum baru adalah ancaman dan langkah menuju perang. Bukan antara Rusia dan Ukraina, tetapi dengan negaranya sendiri. Jangan terjebak di jalan Sleepy Joe!," tulisnya.
Trump kemudian menyerang Rusia dengan postingan-postingan marahnya sekitar Kamis, tengah malam Kamis. Amerika Serikat sendiri telah meminta Rusia mengakhiri perangnya di Ukraina.
Trump menegaskan, keinginannya untuk menyelesaikan konflik di Ukraina. "Ini adalah perang yang seharusnya tidak pernah terjadi," katanya. Karena itu ia menegaskan kembali komitmennya untuk menyelesaikan konflik di Ukraina, dan menyebutnya itu sebagai "perang (Presiden AS ke-46) Joe Biden".
"Ini perang yang seharusnya tidak pernah terjadi. Ini perang Biden, bukan Trump. Saya di sini hanya untuk melihat apakah saya bisa menghentikannya!," tulisnya di jejaring sosial Truth Social miliknya. Trump juga mengklaim bahwa kerugian di kedua belah pihak sangat besar.
Langkah baru kapal selam nuklir ke wilayah yang sesuai itu tampaknya lebih bersifat simbolis, karena AS sebenarnya sudah memiliki armada puluhan kapal selam bertenaga nuklir yang selalu siap menyerang jika terjadi konflik.
Donald Trump bahkan mengungkapkan sepasang kapal selam nuklir AS kini 'telah lebih dekat ke Rusia ' setelah ia mengerahkannya sebagai respons terhadap meningkatnya perang kata-kata dengan mantan Presiden Rusia, Dmitry Medvedev.
Awalnya Trump tidak mengatakan dimana kapal selam itu dikerahkan, tetapi ketegangan meningkat saat ia mengakui mereka semakin dekat. "Ya, mereka semakin dekat ke Rusia, itu situasi yang mengerikan," katanya kepada Newsmax.
Ketegangan kembali meningkat setelah Trump mengumumkan bahwa ia akan menyampaikan ultimatum kepada Rusia agar setuju untuk mengakhiri perang dengan Ukraina.
"Kami terpaksa melakukan itu. Kami hanya harus berhati-hati. Dan sebuah ancaman telah dilontarkan dan kami merasa itu tidak pantas. Jadi saya harus sangat berhati-hati," kata Trump kepada para wartawan saat meninggalkan Gedung Putih, Jumat untuk menghabiskan akhir pekan di klub golf miliknya di New Jersey .
"Ancaman itu telah dibuat oleh mantan presiden Rusia, dan kami akan melindungi rakyat kami," tambahnya.
Jika Rusia gagal mencapai kesepakatan damai pada akhir minggu depan, Trump mengatakan ia akan memberlakukan 'sanksi sekunder' dengan menghukum negara-negara yang berdagang dengan Rusia.
Ia menyebut ancaman sanksi Trump itu sebagai 'langkah menuju perang' yang jelas, yang jelas membuat presiden marah.
"Saya telah memerintahkan dua kapal selam nuklir untuk ditempatkan di wilayah yang tepat, untuk berjaga-jaga jika pernyataan bodoh dan provokatif ini lebih dari sekadar itu," kata Trump, dalam sindiran terbarunya terhadap seorang pejabat tinggi Rusia.
"Kata-kata sangat penting, dan seringkali bisa menyebabkan konsekuensi yang tidak diinginkan. Saya harap ini tidak termasuk. Terima kasih atas perhatian anda terhadap masalah ini!," ujarnya.
"Beri tahu Medvedev, mantan Presiden Rusia yang gagal, yang merasa dirinya masih Presiden, untuk berhati-hati dalam berbicara. Dia memasuki wilayah yang sangat berbahaya," tulis Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. (*)
Pewarta | : Widodo Irianto |
Editor | : Faizal R Arief |