TIMES MALANG, MALANG – Program S1 Pendidikan Tata Busana Universitas Negeri Malang (UM) kembali menggelar Grandshow Tata Busana. Tahun ini, tema yang diusung adalah International Fashion Exhibition Trendversity 2024.

Dra. Hapsari Kusumawardani, M.Pd., Koordinator Program Studi S1 Pendidikan Tata Busana UM menjelaskan, Grandshow Tata Busana tahun 2024 akan berbeda dengan acara yang sama tahun-tahun sebelumnya. 

"Sebelumnya, kami hanya berfokus pada fashion show, kali ini prodi Pendidikan Tata Busana UM mengadakan kegiatan dengan fokus yang lebih luas," ucapnya, Rabu (2/10/2024).

Ini diwujudkan dengan pameran karya mahasiswa semester 7 workshop, dan fashion show yang digelar hari Kamis, 3 Oktober 2024 mulai pukul 12.00 WIB hingga malam hari di Graha Cakrawala UM.

Sebanyak 57 desainer sekaligus mahasiswa semester 7 S1 Pendidikan Tata Busana UM, masing-masing wajib membuat tiga koleksi busana, yaitu signature style yang nantinya akan ditampilkan pada malam puncak acara dengan orang lain sebagai peraganya.

Selanjutnya harus ada introduction style yang dipamerkan pada booth masing-masing kelompok, dan produk ready to wear yang diharapkan laku terjual. 

Selain sebagai pendidik, kami berharap mereka (mahasiswa) bisa berwirausaha. Pameran ini bisa lebih meyakinkan pada masyarakat bahwa mahasiswa bisa. Tidak hanya diperagakan dan disimpan sebagai koleksi, tetapi bisa juga memiliki nilai jual," ucapnya.

UM juga berkolaborasi dengan University Pendidikan Sultan Idris (UPSI) Malaysia. Perwakilan UPSI mengirimkan 4 karya yang nantinya juga ditampilkan pada malam puncak acara.

Di balik terselenggaranya acara ini terdapat kisah penuh perjuangan yang dirasakan mahasiswa Tata Busana semester 7 ini.

Perancangan desain dimulai pada Agustus pertengahan yang berlangsung selama 2 minggu. Hal tersebut tak lepas dari pengawasan kualitas dari dosen pengampu mata kuliah Pameran. Berpuluh-puluh desain tertolak hingga melahirkan 3 desain terbaik setiap individunya.

Kemudian sesuai dengan tema tahun ini "Heritage" pada tahap pemilihan bahan juga disesuaikan. Para mahasiswa memilih berbagai kain tradisional, seperti tenun NTT, tenun Kediri, batik solo, batik jogja serta batik mega mendung dari Cirebon.

 Mahasiswa juga mempertimbangkan karakter, penampilan, dan kenyamanan bahan baku yang akan dipakai. Dilanjutkan dengan proses penjahitan, yang semuanya dilakukan sendiri oleh mahasiswa.

 Tahap terakhir yaitu finishing atau menghias menggunakan beragam creative fabric dan menjadi ciri khas setiap karya yang ada dengan kualitas tinggi. (*)