https://malang.times.co.id/
Berita

Syaikh Ahmad Khatib Sambas: Menyatukan Thariqoh Qodiriyah dan Naqsyabandiyah

Kamis, 14 Maret 2024 - 03:33
Syaikh Ahmad Khatib Sambas: Menyatukan Thariqoh Qodiriyah dan Naqsyabandiyah Hadhratus Syaikh Ahmad Khatib bin Syaikh Abdul Ghaffar bin Abdullah bin Muhammad Sambas Al-Makkiy Asy-Syafi’iy (FOTO: WIKIPEDIA)

TIMES MALANG, MALANG – Hadhratus Syaikh Ahmad Khatib bin Syaikh Abdul Ghaffar bin Abdullah bin Muhammad Sambas Al-Makkiy Asy-Syafi’iy yang sering disebut Syaikh Ahmad Khatib Sambas lahir pada bulan Safar 1217 H, atau sekitar tahun 1803 M, di Kampung Dagang, Sambas, Kalimantan Barat.

Syaikh Ahmad Khatib Sambas tumbuh dalam lingkungan keluarga yang menjunjung tinggi nilai-nilai agama. Dibesarkan oleh pamannya yang alim dan wara’, beliau mulai meniti perjalanan spiritualnya sejak dini, mendalami ilmu agama dari berbagai guru di wilayah Kesultanan Sambas.

Ketertarikannya pada ilmu agama membawa Syaikh Ahmad Khatib Sambas yang saat itu masih berusia 19 tahun ke Tanah Suci Makkah untuk menuntut ilmu lebih lanjut pada tahun 1820 M. Di sana, Ahmad Khatib Sambas tidak hanya mengasah pengetahuannya, tetapi juga mendalami ajaran-ajaran sufi dari berbagai tokoh spiritual.

Di Kota Suci umat Islam ini, Syaikh Ahmad Khatib Sambas mengambil ilmu sejumlah ulama besar saat itu yakni: Syaikh Daud bin Abdullah Al-Fathani; Syaikh Bisyri Al-Jabartiy; Sayyid Ahmad Al-Marzuqiy Mufti Mazhab Malikiyah; Sayyid Abdullah Al-Mirganiy; Syaikh Ustman Ad-Dimyathiy; Syaikh Umar ‘Abdur-Rasul; Syaikh Muhammad Shalih Rayyis; dan Syaikh Abdul Ghaniy Bima.

Kecerdasan, ketekunan, dan bermulazamah kepada ulama dalam menuntut ilmu membuat beliau mendapat rekomendasi menjadi pengajar di Masjidil Haram. Selama mengajar di Masjdiil Haram, Syaikh Ahmad Khatib Sambas memiliki banyak murid.  Ada sejumlah murid Syaikh Ahmad Khatib Sambas yang berasal dari Nusantara. Di antaranya adalah Syaikh Nawawi Banten; dan Syaikh Ahmad Hasbullah Ibn Muhammad Madura; dan Syaikh Thalhah Kalisapu Cirebon.

Menyatukan Thariqoh Qodiriyah dan Naqsyabandiyah (TQN)

Sebagai pengasas TQN, Syaikh Ahmad Khatib Sambas berhasil menyatukan metode dua tarekat sufi besar, yaitu Thariqoh Qodiriyah dan Thoriqoh Naqsyabandiyah. TQN menjadi aliran tarekat yang mu’tabarah (terjamin keabsahannya), dengan perkembangan yang pesat di seluruh dunia, terutama di Asia Tenggara, khususnya di Indonesia.

TQN mulai berkembang di Nisantara lewat murid-murid Syaikh Ahmad Khatib Sambas. Syaikh Thalhah mengembangkan kemursyidan di Jawa Barat. Penerusnya yang paling penting adalah Syaikh Abdullah Mubarrok Ibn Nur Muhammad atau “Abah Sepuh” dari Suryalaya (Tasikmalaya) yang dilanjutkan putranya yaitu Syaikh Ahmad Shohibul Wafa’ Taj Al-Arifin yang dikenal Abah Anom.  Khalifah lain di Jawa Barat adalah KH Tubagus Abdullah Falak atau yang dikenal Abah Falak di daerah Pagentongan, Bogor. 

Di Jawa Tengah adalah KH Muslih Abdurrahman (Mbah Muslih), yang menerima ijazah TQN dari KH Ibrahim al-Brumbungi, seorang khalifah dari Syekh Abdul Karim, melalui Mbah Abd Rahman Menur. Sedangkan di Jawa Timur TQN berkembang pesat di Rejoso Jombang, melalui jalur Syekh Ahmad Hasbullah Madura, terutama di pesantren yang didirikan KH Romli Tamim, dan kemudian diteruskan KH Musta’in Romly yang sempat menjadi Ketua Jam’iyyah Ahli Thoriqoh al-Mu’tabaroh al-Nahdliyyah (JATMAN). 

Ajaran Syaikh Ahmad Khatib Sambas tidak hanya mengenai kesufian, tetapi juga mencakup berbagai aspek kehidupan. Beliau menekankan pentingnya penghormatan terhadap sesama, kerukunan, dan kesejahteraan bersama. Pandangan filosofisnya tentang hubungan kemasyarakatan menjadi pedoman bagi banyak pengikutnya dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Selain menjadi tokoh sufi yang dihormati, Syaikh Ahmad Khatib Sambas juga memberikan kontribusi dalam bidang ilmu fikih. Karya-karya tulisannya, baik dalam bentuk manuskrip maupun risalah, turut menghiasi warisan intelektual Islam di Nusantara.

Warisan Syaikh Ahmad Khatib Sambas

Pada Safar 1289 H atau sekitar April 1872 M tepat usianya mencapai 72 tahun, Syaikh Ahmad Khatib Sambas berpulang ke rahmatullah. Beliau dimakamkan di pemakaman Ma’lah.

Syaikh Ahmad Khatib Sambas meninggalkan jejak yang tak terhapus dalam sejarah keislaman Indonesia. Meski sudah wafat pada tahun 1289 H lalu, warisannya tetap hidup melalui ajaran-ajaran yang disampaikan. Para pengikut TQN, baik di Indonesia maupun di seluruh dunia, akan terus mengenang jasa-jasa dan mengamalkan ajaran beliau sebagai bentuk penghormatan dan keberlanjutan peradaban spiritual yang telah dibangunnya.

Pewarta :
Editor : Faizal R Arief
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Malang just now

Welcome to TIMES Malang

TIMES Malang is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.