TIMES MALANG, MALANG – Bulan Ramadan 1446 H di tahun 2025 segera tiba. Marhaban Ya Ramadan. Membawa keberkahan dan kesempatan besar bagi umat Islam untuk meningkatkan ibadah dan memperbaiki diri.
Selain sebagai bulan penuh ampunan dan ladang pahala, Ramadan juga menjadi momentum yang tepat untuk memperdalam pemahaman tentang adab dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagaimana para ulama terdahulu mengajarkan, adab harus didahulukan sebelum ilmu, karena ilmu tanpa adab dapat menyesatkan. Sementara adab yang baik akan membimbing seseorang dalam menggunakan ilmunya dengan benar.
Adab sebagai Landasan Ilmu
Imam Malik, seorang ulama terkemuka pernah berkata kepada muridnya, “Pelajarilah adab sebelum menuntut ilmu”. Perkataan ini menunjukkan betapa pentingnya memiliki akhlak yang baik sebelum menguasai ilmu pengetahuan.
Ilmu yang tinggi tanpa adab dapat menjadi bumerang, menyebabkan seseorang menjadi sombong dan sulit menerima kebenaran. Sebaliknya, orang yang memiliki adab yang baik akan selalu rendah hati dan menggunakan ilmunya untuk kebaikan umat.
Imam Syafi’i murid dari Imam Malik juga menekankan bahwa adab lebih utama daripada ilmu karena adab adalah fondasi dari keberhasilan dalam menuntut ilmu, beliau berkata “Aku pernah bersama guruku, Imam Malik, dan aku membalik lembaran kitabku dengan lembut agar tidak mengganggunya”.
Ini menunjukkan betapa hormatnya Imam Syafi’i terhadap gurunya, dan ini merupakan contoh konkret dari adab dalam menuntut ilmu.
Di era digital saat ini, di mana akses terhadap ilmu begitu mudah didapatkan, sering kali kita melihat perdebatan sengit di media sosial yang justru mencerminkan kurangnya adab. Ilmu digunakan untuk merendahkan orang lain, bukan untuk memberi manfaat dan pencerahan.
Inilah mengapa Ramadan menjadi momen refleksi bagi kita semua untuk kembali menata diri, memperbaiki akhlak, dan menjadikan adab sebagai prioritas utama.
Adab dalam Beribadah dan Kehidupan Sehari-hari
Ramadan bukan hanya tentang menahan lapar dan haus, tetapi juga tentang menahan diri dari segala bentuk perilaku buruk. Puasa mengajarkan kita untuk memiliki kesabaran, menjaga lisan dari ucapan yang menyakiti, serta memperbanyak kebaikan.
Allah berfirman dalam surat Al-Isra' ayat 53:
وَقُلْ لِعِبَادِي يَقُولُوا الَّتِي هِيَ أَحْسَنُۚ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْزَغُ بَيْنَهُمْۚ إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلْإِنْسَانِ عَدُوًّا مُبِينًا
Artinya: “Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku: "Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya setan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia” (Qs.Al-Isra’, Ayat:14).
Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
Artinya: “Siapa pun yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah dia mengucapkan perkataan yang baik atau diam” (HR. Imam Bukhari dan Imam Muslim).
Adab dalam beribadah juga menjadi hal yang harus diperhatikan. Saat shalat berjamaah, kita diajarkan untuk tertib, menjaga kekhusyukan, dan tidak mengganggu jamaah lain.
Saat membaca Al-Quran, kita juga diajarkan untuk menjaga kebersihan, membaca dengan tartil, dan memahami maknanya dengan penuh ketundukan.
Begitu pula dalam kehidupan sehari-hari, adab dalam berbicara, menghormati orang tua, berbuat baik kepada tetangga, dan menjaga silaturahmi harus menjadi prioritas.
Menghidupkan Tradisi Belajar Adab di Bulan Ramadan
Agar bulan Ramadan benar-benar menjadi momentum perbaikan adab, ada beberapa hal yang dapat dilakukan:
Pertama, Mempelajari kisah para ulama tentang adab. Membaca buku atau mendengarkan ceramah tentang bagaimana para ulama terdahulu mempraktikkan adab dalam kehidupan mereka.
Kedua, Mengamalkan adab dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dari adab dalam berbicara, bersikap kepada orang lain, hingga adab dalam beribadah.
Ketiga, Membimbing keluarga dan anak-anak dalam adab Islami. Orang tua dan guru memiliki peran penting dalam mengajarkan adab kepada anak-anak sejak dini.
Keempat, Mengurangi interaksi negatif di media sosial. Menghindari debat yang tidak bermanfaat dan lebih fokus menyebarkan kebaikan.
Kelima, Menjaga hubungan baik dengan sesama. Memanfaatkan bulan Ramadhan untuk saling memaafkan, menjalin ukhuwah, dan mempererat persaudaraan.
Keenam, Berucap dengan Perkataan Baik. Membiasakan diri untuk berkata baik, menghindari kata-kata kasar, dan menyampaikan nasihat dengan cara yang lembut dan penuh hikmah.
Ramadan 1446 H adalah kesempatan emas bagi kita untuk tidak hanya meningkatkan ibadah, tetapi juga memperbaiki adab dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menjadikan adab sebagai prioritas, ilmu yang kita miliki akan semakin bermanfaat dan membawa keberkahan.
Hadlratussyekh KH Muhammad Hasyim Asy'ari dalam kitabnya al-Alim wal Muta’alim mengutip pendapat para ulama, bahwa adab merupakan hasil akhir dari rangkaian tauhid, iman, dan syariat.
Ketiganya tidak dapat dipisahkan dalam melahirkan adab. Sehingga orang yang memiliki adab hampir dapat dipastikan memiliki kemampuan menjalankan syariat, keimanan, dan ketauhidan secara benar.
Semoga Ramadan tahun ini menjadi titik awal bagi kita untuk terus memperbaiki diri dan menjadi pribadi yang lebih baik, tidak hanya dalam beribadah tetapi juga dalam bersikap kepada sesama.
Marhaban ya Ramadan, selamat menyambut bulan suci dengan hati yang penuh keikhlasan dan semangat perbaikan diri.
***
*) Oleh : Moh Sulhan, S.T., M.KOM., Direktur Politeknik Unisma Malang, Direktur Hanspedia Lecturer & Creative Business Coaching Practitioner.
*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.
Pewarta | : Hainorrahman |
Editor | : Hainorrahman |