https://malang.times.co.id/
Opini

Terorisme di Indonesia

Rabu, 19 Maret 2025 - 16:22
Terorisme di Indonesia Iqbal Suliansyah, Koordinator Maarif Network dan Alumni Pemantapan Nilai-Nilai Kebangsaan Angkatan I Lemhannas Tahun 2022.

TIMES MALANG, JAKARTA – Terorisme mengutip Countering Terrorism and Insurgency in the 21st Century: International Perspectives yang ditulis oleh James J.F.Forest  adalah penggunaan kekerasan yang telah diperhitungkan untuk memunculkan ketakutan, juga bertujuan memaksa atau mengintimidasi pemerintah atau masyarakat untuk mencapai tujuan politik, agama dan Ideologi.

Dalam perjalan sejarah terorisme melahirkan banyak sudut pandang, baik dari sudut korban pelaku dan opini publik, meskipun demkian bukan berarti terorisme tidak dapat dipelajari.

Mengutip Globalism, Terorisme, and Islamism yang ditulis oleh Dedy Tabrani, Al Chaidar dan Herdi Sahrasad, terorisme memiliki tiga variabel yaitu tujuan politik, tidak kekerasan tanpa pilih, dan komunikasi suatu pesan.

Sepanjang 2024, Kepolisian Republik Indonesia melalui Detasemen Khusus (Densus) 88 dalam upaya melawan terorisme berhasil melakukan penangkapan terhadap 196 tersangka teroris.

Upaya ini sebagai tentu menjadi bagian keseriusan pemerintah menanggapi Survei Global Terrorism Index (GTI) tahun 2024 yang menyatakan Indonesia adalah negara dengan dampak terorisme menengah atau medium impacted.

Apalagi bicara terkait terorisme di Indonesia muncul kekhawatiran pasca bangkitnya Hayat Tahrir al-Sham (HTS) yang terus bertransformasi. Kelompok ini melakukan serangan besar-besaran di Suriah dan berhasil menumbangkan rezim Presiden Suriah, Bashar Al Assad, tahun 2024 lalu.

Kekhawatiran ini tidak berlebihan, jika membaca sejarah, awal mula kelompok ini bernama Jabhat Al Nusra (Front Nusrah) yang berdiri sejak 2011 dan terafiliasi dengan Al Qaeda. Perubahan nama menjadi HTS bertepatandengan pemimpin mereka yaitu Abu Mohammed al-Jawlani memutuskan hubungan dengan Al-Qaeda.

Sejumlah kelompok teroris di Indonesia seperti Jamaah Ansarut Daulah (JAD), Negara Islam Indonesia (NII) dan Jamaah Islamiyah (JI) berkiblat kepada Al-Qaeda dan ISIS.

Radikalisasi maupun perekrutan tentu masih terus dilakukan. Keberadaan dunia maya menjadi tantangan pemerintah dalam hal ni lembaga-lembaga seperti diantaranya, Badan Nasional PenanggulanganTeroris dan Kepolisian RI untuk melawan upaya-upaya radikalisasi yang terus ada.

Meski merujuk Indeks terorisme Global (ITG) Indonesia menduduki posisi ke-24 tahun 2022 lalu dan tahun 2023 turun menjadi 31, setiap unsur baik pemerintah dan masyarakat tidak merasa puas.

Istilah proses radikalisasi dan penguatan sel-sel teror tentu menjadi perhatian bersama.Waspada harus selalu ada karena potensi-potensi tetap ada, sehingga sepatutnya upaya-upaya mitigasi terus menjadi perhatian.

Terorisme Keluarga

Masyarakat dunia dikejutkan dengan peristiwa bom bunuh diri keluarga batih di surabaya. Terir tersebut adalah kasus bom bunuh diri keluarga pertama di dunia. Peristiwa yang terjadi tahun 2018 lalu itu menjadi perhatian dunia. Uniknya, karakteristik keluarga tersebut jauh berbeda dengan karakteristik yang sering ada pada kelompok terorisme.

Biasanya pelaku bom bunuh diri, tertutup dan sulit bergaul, sedangkan kelarga batih memiliki karakter yang ramah, terbuka, jihad tanpa ada pemimpin, serta tidak berciri islami, dan menariknya keterlibatan anak dan istri mnejadi fenomena tersendiri.

Teror Bom Surabaya pada tahun 2018 itu rangkaian peistiwa meledaknya bom di beberapa tempat di Surabaya dan Sidoarjo, pada 13-14 Mei 2018. Peristiwa rangkaian Bom Surabaya melibatkan tiga keluarga ini (nuclear family) atau keluarga batih.

Ada Keluarga Dita Oepriarto, Keluarga Tri Murtiono, dan Keluarga Anton Febrianto. Keluarga Dita melakukan penyerangan tiga gereja, Istri dan anak-anak mereka ikut serta. Keluarga Tri Murtiono, juga demikian. Istri dan tiga anak melakukan penyerangan ke Mapolresta Surabaya, sdeangkan Keluarga Anton, bersama keempat anaknya pada peristiwa ledakan di rusun di Sidoarjo.

Kejadian di Surabaya menghadirkan kenyataan paradigma baru dalam konsepsi jihad personal menjadi jihad keluarga. Mengutip analisis Sidney Jones, fenomena teririsme yang melibatkan keluarga merupakan startegi teror gaya baru, yang mana melibatkan seluruh anggota keluarga termsuk anak yang masih di bawah umur.

Hanya di tahun 2015, peristiwa Charlie Hebdo di Prancis, lalu ada Kouachi bersaudara dalam serangan di Paris.Indonesia, pada peristiwa Bom Bali 1 tahun 2002, tiga pelaku punya hubunan keluarga. Ali Ghufron, Amrozi dan Ali Imron adalah kakak adik.

Sesungguhnya terorisme bom bunuh diri keluarga batih ini mucul diberbagi tempat, seperti di Sibolga tahun 2019, Medan tahun 2020, dan Makassar tahun 2021. Negara lain seperti Filipina, modu s bom bunuh diri keluarga batih terjadi tahun 2019 di Jolo.

BNPT dan Satgas Kontra Radikalisasi

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), sebagai lembaga pemerintah non kementerian melaksanakan tugas di bidang penanggulangan terorisme. Tahun 2025 ini, BNPT membentuk Satuan Tugas (Satgas) Pelaksanaan Kontra Radikalisasi.

Lahirnya Satgas ini sebagai keseriusan BNPT berkaitan dengan pencegahan yang diatur dalam UU Nomor 5 Tahun 2018, PP Nomor 77 Tahun 2019 dan Peraturan BNPT Nomor 2 Tahun 2023.

Keberadaan satgas tentu akan melibatkan banyak pihak yaitu kementrain dan lembaga-lembaga yang terkait agar menciptakan kerjasama untuk mendorong program-program, kegiatan yang tepat sasaran. BNPT berkomitmen terus melahirkan program yang dekat dengan masyarkat dan memilki dampak langsung khsusnya dalam melawan terorisme.

BNPT selama ini fokus dengan fenomena radikalisasi online, yang dianggap menjadi jalan aksi lone wolf. Sehingga kelompok-kelompok yang rentan menjadi target radikalisasi, terus menjadi perhatian. Kelompok tersebut perempuan, remaja dan anak.

BNPT menyatakan ada tiga kategori remaja. Pertama remaja toleran, remaja intoleran pasif dan remaja intoleran aktif. Dari data yang dirilis, sekitar 70 persen remaja di Indonesia dikategori toleran, sedangkan intoleran pasif sekitar 22,4 persen dan intoleran aktif sebanyak 5 persen.

Angka tersebut harus jadi perhatian bersama, dan tidak menutup pergeseran terjadi akibat terpapar radikalisadi akibat masih minimnya pengetahuan tentang ideologi terorisme.

Kerja keras dan kerja cerdas pemerintah untuk menangulangi terorisme juga harus didukung dan diapresiasi. Tahun 2024 lalu, tepatnya bulan desember, kabar baik datang dari gerakan Jemaah Islamiyah (JI) mendeklarasikan kesetiaan kepada NKRI, setelah sebelumnya Juni 2024, membubarkan organisasinya. Indonesia bisa menjadi contoh untuk negara-negara lain atas keseriusan dan kesungguhan dalam hal penanganan terorisme.

Harapannya pemerintah dalam hal ini BNPT bersama berbagai pihak terus mengadopsi strategi-strategi yang selangkah lebih maju dibanding pelaku-pelaku terorisme, mengingat tantangan di era Industri 6.0 yang menghadirkan teknologi yang semakin canggih dan instan.

Tingkatan masyarakat juga harus berperan aktif serta rela untuk berkontribusi di sekitar untuk mendeteksi dan mengantisipasi penyebaran paham-paham radikal.

***

*) Oleh : Iqbal Suliansyah, Koordinator Maarif Network dan Alumni Pemantapan Nilai-Nilai Kebangsaan Angkatan I Lemhannas Tahun 2022.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

Pewarta : Hainor Rahman
Editor : Hainorrahman
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Malang just now

Welcome to TIMES Malang

TIMES Malang is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.