TIMES MALANG, RIAU – Dalam hitungan jam, bulan Sya’ban akan segera berganti menjadi Ramadan. Bulan yang telah ditunggu-tunggu kehadirannya oleh umat Islam di seluruh penjuru benua dan negeri. Bulan yang istimewa dan penuh berkah serta kebaikan di dalamnya.
Bulan penuh ampunan, kasih sayang dan rahmat Allah kepada hambanya yang beriman. Yang datangnya hanya sekali saja dalam setahun, satu bulan dari 12 bulan yang ada. Oleh karena itu, umat Islam senantiasa menyambutnya dengan penuh antusias dan semangat yang bergelora.
Bulan untuk berpesta dalam amal sholeh dan kebajikan dengan bonus pahala yang luar biasa, khususnya beribadah di dalam malam Lailatul Qadar, yang ganjaran pahalanya jika beramal sholeh pada malam tersebut setara dengan beribadah selama 1000 bulan yang ekuivalen dengan 83 tahun, melebihi rata-rata umur manusia sekarang.
Untuk dapat mengisi bulan Ramadan secara maksimal, para ulama telah memberikan berbagai panduan dan tips agar kita keluar Ramadan dapat mencapai tujuan Ramadan, yaitu pribadi yang bertaqwa, la’allakum tattaqun.
Dalam tulisan ini, saya mencoba untuk menguraikannya dengan bahasa yang lebih mudah untuk difahami, berdasarkan keterangan dan penjelasan dari para ulama, syaikh dan ustadz dari buku-buku dan ceramah yang disampaikan.
Dengan harapan, Ramadan 1446 H ini dapat menjadi Ramadan Ceria sebagaimana judul di atas. Jadi kita beribadah dalam suasana yang ceria dan menggembirakan. Dan memang pada hakekatnya, jika kita beribadah dengan benar, ikhlas dan sesuai petunjuk Rasulullah, maka setiap ibadah yang dikerjakan pasati akan nikmat dan lezat.
Ada kelezatan di dalam sholat misalnya, kelezatan yang dirasakan ketika tilawaah Al-Qur’an, kelezatan ketika berinfak, bersedekah dan membantu orang lain yang memerlukan, seperti fakir miskin dan anak yatim.
Dan sebaliknya, ada juga orang yang beribadah tetapi justru merasa tertekan dan terbebani. Atau paling tidak, ketika melaksanakan ibadah tidak mendapatkan rasa senang, kelezatan dan kebahagiaan.
Idealnya, jika beribadah dengan ikhlas dan sesuai syari’at pasti akan menikmati ibadah dan meraskan kelezatan di dalamnya. Begitu juga dengan berpuasa di bulan Ramadan, juga akan bisa meraih kelezatan jika dikerjakan dengan penuh ikhlas dan sesuai aturan yang telah diajarkan Rasulullah Shallallahu ‘Alahi Wassalam.
Kemudian para ulama, syaikh, kiyai, buya dan para penceramah menguraikan tips-tips untuk dapat memperoleh ibadah Ramadan yang lebih bermakna dan bernilai tinggi dalam pahala dengan terminal akhirnya menjadi pribadi yang bertaqwa. Diantara yang terpenting adalah sebagai berikut:
Pertama, adalah dengan meluruskan niat beribadah puasa hanya untuk mendapatkan ganjaran pahala dan keridhaan dari Allah semata, bukan karena yang lainnya. Berpuasa dengan penuh keikhlasan dengan mengharapkan pahala, kasih sayang, rahmat dan ampunan dari Allah semata.
Bukan berpuasa karena hanya sekedar ibadah rutin tahunan, atau karena segan dan malu kepada mertua/istri/suami atau kolega dan teman kerja, atau faktor lainnya. Atau beribadah puasa karena riya’ (pamer) agar dipandang sebagai orang sholeh dihadapan orang ramai, saudara, teman, kolega, sebagai atasan/pimpinan atau bawahan.
Kedua, dengan bertaubat. Bahwa puasa dijadikan momentum untuk melakukan tobat nasuha atas segala dosa dan maksiat yang dilakukan selama ini, khsususnya dosa-dosa besar dengan acaman neraka dan siksaan pedih di hari akhirat, seperti berzina, riba, membunuh, meninggalkan sholat, tidak bayar zakat, dan yang sejenisnya.
Dengan memenuhi syarat-syarat dalam bertobat, yaitu; ikhlas, menyesal, tidak mengulanginya lagi, diiringi dangan amal shaleh yang lainnya, dan jika berkaitan dengan hubungan sesama manusia harus minta maaf dan jika berkaitan dengan utang-piutang agar dibayarkan.
Dosa dan maksiat adalah penghalang dari kelezatan dalam beribadah, karena itu penghalang mesti disingkirkan agar ibadah puasa berbuah kelezatan dan berlimpah keberkahan. Puasa ramadan adalah momentum untuk meleburkan dosa.
Ketiga, adalah membersihkan atau menyucikan hati dari kebencian, dendam dan amarah kepada sesama muslim. Khususnya kepada kedua orang tua, suami/istri/anak, saudara dan karib kerabat. Sebab hati yang masih diselimuti kebencian dan dendam kesumat akan berdampak negatif terhadap amalan puasa yang dilakukan seorang muslim.
Sehingga puasa tidak terasa nikmat dan lezat. Karena hatinya masih diselimuti kabut kebencian dan kedengkian serta dendam membara. Oleh karena itu, sebelum memasuki bulan ramadan mari kita untuk saling memaafkan.
Keempat, mesti dibekali dengan ilmu agama yang mumpuni, khususnya berkaitan dengan fikih (hukum) berpuasa, hal-hal yang membatalkan puasa, sunnah dalam berpuasa, hukum dan tata cara sholat taraweh, i’tikaf, hukum zakat fitrah dan diakhiri dengan tatacara sholat idul fitri sebagai penutup rangkaian ibadah puasa di bulan Ramadan.
Kelima, prioritas amal ibadah di dalam bulan Ramadan. Tentu yang paling utama adalah menjaga sholat lima waktu dan ibadah puasa itu sendiri, yang tidak lain adalah pilar dari rukun Islam. Setelah itu adalah sholat taraweh, tilawah Al-Qur’an, i’tikaf dan bersedekah.
Dan jangan sampai ibadah yang kurang utama justru lebih diprioritaskan. Seperti masih ada umat Islam yang berpuasa dan sholat taraweh dimalam harinya dengan rutin dan khusyuk, namun sholat fardhunya terabaikan.
Keenam, dengan memperhatikan keutamaan dan keistimewaan bulan Ramadan, ganjaran pahala beramal shaleh serta dosa yang menyertainya dengan meninggalkan atau berbuat dosa dan maksiat di bulan Ramadan.
Orang yang mengerti dan faham akan keutamaan bulan Ramadan, akan mengisi kegiatan bulan Ramadan dengan berbagai amal ibadah dengan penuh semangat dan sungguh-sungguh.
Dapat dianologikan seperti anak kecil yang tidak mengerti akan arti pentingya uang atau harta benda, dia akan cenderung mengabaikan dan menyia-nyiakannya, bahkan mungkin membuang dan merobek uang yang diberikan kepadanya.
Ketujuh, dengan memperbanyak mengingat kematian. Diakui bahwa mengingat kematian memang mesti senantiasa ditanamkan dalam diri seorang muslim, lebih-lebih lagi di bulan Ramadan.
Dengan memperbanyak mengingat kematian akan memompa semangat untuk beramal ibadah dengan sungguh-sungguh dan serius. Dan ini adalah tips jitu untuk menggapai kelezatan dalam berpuasa. Kita mesti tanamkan, mungkin ini adalah Ramadan terakhir yang akan kita jalani, sehingga ini adalah kesempatan terakhir beribadah di bulan ramadan.
Dengan demikian, seorang hamba akan mempersembahkan ibadah terbaiknya sebelum menghadap Khalik. Dapat dianalogikan seperti diantara tips khusyuk dalam sholat, dengan menanamkan dalam diri kita bahwa sholat yang kita lakukan adalah sholat terakhir dalam hidup kita.
Kedelapan, adalah dengan menjauhkan sikap, tingkah laku dan perbuatan yang akan dapat merusak nilai puasa yang dilakukan. Diantara yang terpenting adalah menjaga lisan dari perbuatan keji dan mungkar seperti perbuatan ghibah, mengumpat, caci maki, sumpah serapah, berkata kasar, menyebarkan berita hoax, adu domba, dan yang sejenisnya.
Selanjutnya, menjauhkan diri dari perbuatan yang sia-sia dan tidak berguna, seperti menghabiskan waktu dengan media sosial (medsos) dan gadget yang tidak jelas ujung pangkalnya. Menonton film dan sinetron yang tidak berfaedah.
Serta perbuatan-perbuatan lainnya yang tidak berguna dan sia-sia, apalagi perbuatan dosa dan maksiat, walaupun dirinya sendiri berpuasa. Semoga kita dapat dipertemukan dalam bulan Ramadan 1446 H.
***
*) Oleh: Dr. Apriyan D Rakhmat, M.Env., Dosen Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik, Universitas Islam Riau, Pekanbaru.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi TIMES Indonesia.
*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.
Pewarta | : Hainorrahman |
Editor | : Hainorrahman |