https://malang.times.co.id/
Opini

Scroll, Swipe, dan Spiritualitas

Jumat, 02 Mei 2025 - 17:21
Scroll, Swipe, dan Spiritualitas Ahmad Fajarisma Budi Adam, Guru Matematika SMP N 1 Banjar Seririt Bali

TIMES MALANG, BALI – Era digital telah mengubah lanskap kehidupan secara fundamental, tak terkecuali dunia pendidikan. Generasi saat ini tumbuh dan berkembang dalam ekosistem informasi yang tak terbatas, di mana jemari mereka lincah menari di atas layar gawai, melakukan scroll tanpa akhir dan swipe cepat untuk berpindah dari satu konten ke konten lainnya. 

Namun, di tengah banjir informasi dan distraksi digital ini, muncul pertanyaan krusial: bagaimana pendidikan dapat menumbuhkan dimensi spiritualitas yang esensial bagi perkembangan holistik mereka?

Judul "Scroll, Swipe, dan Spiritualitas" bukan sekadar permainan kata, melainkan sebuah representasi ironis dari realitas saat ini. Aktivitas scrolling dan swiping yang mendominasi interaksi digital seringkali bersifat dangkal dan konsumtif, berpotensi menjauhkan individu dari refleksi diri, koneksi yang mendalam, dan pemahaman akan makna yang lebih luas. 

Sementara itu, spiritualitas, dalam konteks pendidikan, merujuk pada pengembangan kesadaran diri, nilai-nilai luhur, empati, rasa syukur, dan pemahaman akan eksistensi di luar materi semata.

Tantangan mengintegrasikan spiritualitas dalam pendidikan di era digital sangatlah nyata. Pertama, distraksi digital yang konstan dapat mengikis kemampuan siswa untuk fokus dan melakukan kontemplasi. Notifikasi media sosial, game online, dan berbagai aplikasi hiburan bersaing ketat dengan ruang hening yang dibutuhkan untuk refleksi batin. 

Kedua, budaya instan dan serba cepat yang dipromosikan oleh teknologi dapat menumpulkan kesabaran dan kemampuan untuk menghargai proses, yang merupakan aspek penting dalam pertumbuhan spiritual. 

Ketiga, paparan terhadap berbagai macam informasi dan nilai di dunia maya tanpa filter yang memadai dapat membingungkan dan bahkan merusak pemahaman etika dan moral siswa.

Namun, bukan berarti pendidikan spiritual di era digital adalah sebuah utopia. Justru, di tengah tantangan ini, terdapat peluang unik untuk merangkul teknologi sebagai alat yang memberdayakan pengembangan spiritual. 

Pendidikan dapat memanfaatkan platform digital untuk menyajikan konten-konten inspiratif, cerita-cerita moral, dan ajaran-ajaran kebijaksanaan dalam format yang menarik dan mudah diakses oleh generasi digital. 

Aplikasi meditasi terpandu, platform diskusi daring tentang nilai-nilai kehidupan, dan bahkan penggunaan media sosial secara bijak untuk menyebarkan pesan-pesan positif dapat menjadi bagian dari kurikulum spiritual digital.

Lebih dari sekadar memanfaatkan teknologi, pendidikan spiritual di era digital memerlukan pendekatan pedagogis yang inovatif. Guru perlu menjadi fasilitator yang membimbing siswa untuk mengembangkan kesadaran diri dan kemampuan refleksi di tengah hiruk pikuk dunia maya. 

Ini bisa dilakukan melalui kegiatan-kegiatan seperti jurnal refleksi digital, proyek-proyek kolaboratif yang menumbuhkan empati, atau diskusi kelompok daring yang berfokus pada isu-isu etika dan moral dalam konteks digital.

Selain itu, penting untuk mengajarkan siswa literasi digital yang bertanggung jawab dan beretika. Mereka perlu memahami dampak teknologi terhadap kesehatan mental dan spiritual, serta mengembangkan kemampuan untuk memilah informasi yang bermanfaat dan menghindari konten yang negatif atau merusak. 

Pendidikan tentang digital well-being, termasuk pentingnya menetapkan batasan waktu penggunaan gawai dan memprioritaskan interaksi sosial yang nyata, juga menjadi bagian integral dari pendidikan spiritual di era digital.

Pendidikan spiritual di era digital juga harus berupaya menumbuhkan rasa syukur dan apresiasi terhadap hal-hal sederhana dalam hidup, yang seringkali terlupakan dalam hiruk pikuk dunia maya. 

Kegiatan-kegiatan seperti berbagi pengalaman positif secara daring, membuat konten kreatif yang menginspirasi, atau bahkan melakukan aksi kebaikan kecil yang didokumentasikan secara bertanggung jawab dapat membantu siswa untuk terhubung dengan nilai-nilai kemanusiaan dan mengembangkan rasa syukur.

Pada akhirnya, pendidikan spiritual di era digital bukanlah tentang menolak teknologi, melainkan tentang bagaimana mengintegrasikannya secara bijak dan kreatif untuk menumbuhkan dimensi batin yang kuat pada generasi saat ini. 

Di tengah scroll dan swipe yang tak terhindarkan, pendidikan memiliki tanggung jawab untuk membekali siswa dengan kompas spiritual yang akan membimbing mereka dalam menemukan makna, membangun koneksi yang otentik, dan menjalani kehidupan yang lebih bermakna di era digital ini. 

Dengan pendekatan yang tepat, layar gawai tidak harus menjadi penghalang, tetapi justru dapat menjadi jendela menuju pemahaman diri dan koneksi yang lebih dalam dengan nilai-nilai universal.

***

*) Oleh : Ahmad Fajarisma Budi Adam, Guru Matematika SMP N 1 Banjar Seririt Bali.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

Pewarta : Hainor Rahman
Editor : Hainorrahman
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Malang just now

Welcome to TIMES Malang

TIMES Malang is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.