https://malang.times.co.id/
Opini

Beasiswa dan Penguatan Kebangsaan

Minggu, 19 Januari 2025 - 15:37
Beasiswa dan Penguatan Kebangsaan Dr. H. Ruchman Basori, Kepala Pusat Pembiayaan Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan Setjen Kemenag.

TIMES MALANG, JAKARTA – Hari ini, Minggu (19/01/2025), saya diminta menjadi Keynote Speakers kegiatan Final Day Program Beasiswa Bintang Mandiri (BBM) dari Mandiri Amal Insani (MAI) Foundation dengan tajuk “Impactful Youth for Better Future”. 

Pemuda yang hebat adalah pemuda yang mampu memberikan dampak dan perubahan positif bagi lingkungan sekitarnya, dan mampu berguna bagi sesama bukan hanya untuk pribadi.

Lalu saya teringat doktrin para senior Gerakan Reformasi Angkatan 98, agar mahasiswa jangan menjadi intelektual di menara gading, dengan menyitir fatwa Antonio Gramcy. Mahasiswa harus berada di akar rumput (gress root), memahami dan melakukan aksi-aksi sosial. Problem-problem kemasyarakatan harus mampu di baca dengan baik dan bagaimana cara mengatasinya.

Mengapa propaganda itu sangat penting, karena mahasiswa telah tidur panjang semasa Orde Baru (ORBA). Pasca tumbangnya Orde Lama (ORLA) di bawah Presiden Soekarno-Hatta. Kebijakan demi kebijakan Orde Baru telah menempatkan Gerakan mahasiswa sebagai macan ompong. Kebijakan NKK-BKK, pembentukan senat Mahasiswa PT, sampai pada orientasi pendidikan nasional yang mengarahkan pada dunia kerja.

Suara-suara lantang akan kepedulian kaum muda perguruan tinggi terhadap masyarakat, mendapatkan momentum pasca fakta angkatan 66, adalah peristiwa hancurnya Orde Baru pada Mei 1998. Setelah Reformasi 98 suara keberpihakan kepada yang lemah (mustadh’afin) jangan sampai redup digantikan issu menyambut revolusi industry 4.0 dan Society 5.0 dengan bumbu intoleransi dan radikalisme.

Bagaimana halnya dengan pemuda dan mahasiswa hari ini? Yang juga memiliki tantangan yang kompleks dengan hadirnya era teknologi informasi dan komunikasi? Plus era yang kata para ahli sebagai era the death of expertice (matinya kepakaran) dengan bumbu sedap Artivicial Intellegence (AI).

Beasiswa Bintang Mandiri

Lembaga Amil Zakat Nasional Mandiri Amal Insani (MAI) didirikan pada 2 Oktober 2014. MAI menjalankan fungsinya sebagai sebuah Foundation atau yang biasanya di sebut dengan yayasan, yaitu menghimpun, mengelola, dan mendistribusikan dana Zakat, Infaq, Sedekah, Wakaf, dan dana sosial lainnya dari masyarakat umum kepada mereka yang membutuhkan. Secara legal ditetapkan dengan Surat Keputusan Kementerian Agama Republik Indonesia Nomor 1346 Tahun 2021.

Program MAI Institute merupakan program yang difokuskan kepada bidang pendidikan yang diselenggarakan oleh Mandiri Amal Insani (MAI) Foundation. Pada tahun 2024 ini diantaranya adalah Beasiswa Bintang Mandiri yang sudah menginjak Angkatan 4.

Beasiswa Bintang Mandiri didesain sebagai program bantuan pendidikan yang dirancang untuk mendukung mahasiswa/i dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Program ini tidak hanya memberikan bantuan finansial, tetapi juga mengintegrasikan kegiatan pembinaan yang bertujuan mencetak generasi pemimpin masa depan yang tangguh dan mandiri.

Selain itu BBM dirancang agar peserta mengikuti berbagai pelatihan kepemimpinan, pengembangan diri, serta memberikan kesempatan untuk mengimplementasikan ide-ide inovatif yang berdampak positif bagi masyarakat.

Final Day menjadi momen penting untuk menampilkan keberhasilan implementasi ide-ide sosial yang telah dirancang dan dijalankan. Setelah menyelesaikan program Beasiswa Bintang Mandiri Angkatan 4, diharapkan para penerima beasiswa dapat menjadi agen perubahan di berbagai bidang sesuai dengan keahlian masing-masing dan membawa manfaat yang berkelanjutan bagi masyarakat luas.

100 mahasiswa beswan Beasiswa Bintang Mandiri Angkatan 4 yang merupakan mahasiswa dari berbagai universitas di Indonesia. Ada tiga tujuan Final Day, Pertama, Beswan BBM Angkatan 4 dapat memahami pentingnya peran generasi muda dalam menerapkan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG).

Kedua, Beswan BBM Angkatan 4 dapat menciptakan solusi inovatif di bidang sociopreneurship yang berdampak positif dan berkelanjutan.

Ketiga, Beswan BBM Angkatan 4 dapat menjadi agen perubahan di masyarakat dan memberikan kontribusi nyata terhadap keberlanjutan lingkungan, kesejahteraan sosial, dan tata kelola yang baik.

BBM dengan kegiatan Final Day-nya bagi saya merupakan kegiatan strategis agar para penerima beasiswa memahami dengan baik, problem-problem social-keumatan. Memberikan solusi sesuai dengan bidang ilmu yang digelutinya di kampus semacam sociopreneurship.

Keterbelakangan social dan ekonomi, harus dipahami sejak dini oleh Awadee secara nasional, tidak saja mahasiswa BBM, tetapi penerima beasiswa lain di Indonesia seperti Beasiswa Lembaga Pengelola Dana Abadi Pendidikan (LPDP).

Beasiswa Indonesia Bangkit (BIB) Kemenag, Program Beasiswa Santri Berprestasi, Beasiswa Indonesia Maju Kemdikbudristek, dan layanan beasiswa lainnya atas Prakarsa BUMN dan Perusahan-Perusahaan Swasta di tanah air, termasuk beasiswa dari Lembaga Amil Zakat yang dikoordinatori oleh Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAZ).

Penulis sebagai Kepala Pusat Pembiayaan Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan (PUSPENMA) yang berada dan bertanggungjawab kepada Menteri Agama, yang salah satunya bertugas menangani beasiswa di Kementerian Agama berkepentingan agar para Awardee meujud sebagai profil manusia yang mencintai bangsa dan negaranya berbanding lurus dengan mencintai agamnaya dalam satu tarikan nafas, bukan pribadi yang terbelah.

Beasiswa bagi PUSPENMA Kemenag adalah kehadiran negara untuk memberikan fasilitas kepada anak bangsa mengenyam perguruan tinggi. Perluasan akses dan peningkatan mutu dan daya saing, dapat di atasi melalui layanan pendanaan beasiswa.

Dengan demikian Indonesia Emas 2045 mampu disambut dengan ketersediaan sumber daya manusia yang berkualitas. Kaum muda Indonesia yang memiliki semangat kebangsaan yang tinggi, kualitas kecerdasan yang unggul dibarengi dengan keberpihakan Masyarakat yang tinggi.

Urusan bangsa dengan demikian menjadi orientasi kunci bagi penerima beasiswa. Sejumlah harapan Masyarakat ditambatkan agar mereka mampu menjadi pilar pembangunan dan aktor utama perubahan Indonesia. Perubahan social akan terwujud oleh salah satunya para Awardee di tanah air dengan varian ilmu pengetahuan dan teknologi yang dibutuhkan rakyat.

Penguatan Kebangsaan

Di tengah arus perubahan yang begitu kuat, hal yang tak boleh diabaikan adalah soal semangat kebangsaan. Negara bangsa (nation state) yang bdidirikan oleh the founding father harus dijaga dan dibangun dengan kokoh. Salah satu pilar utamanya adalah generasi muda yang saat ini sedang mengenyam pendidikan tinggi.

Data-data intoleransi dan radikalisme yang akhir-akhir ini muncul, cukup mengkhawatirkan bangunan kebangsaan kita. Salah satunya diungkapkan oleh LSI Deny JA, pada Juli 2028 mengatakan bahwa dalam waktu 13 tahun, pendukung Pancasila menurun 10 persen dari 85,2% (2005) menjadi 75,2% (2018). Padahal Pancasila telah menjadi perekat bagi Indonesia yang beragam.

Alvara Riset Institut yang mengatakan bahwa, 19,4% PNS tidak setuju Pancasila sebagai idiologi yang tepat bagi Indonesia dan 22,2% PNS setuju dengan konsep khilafah. 18,1% pegawai swasta tidak setuju Pancasila sebagai idiologi yang tepat bagi Indonesia dan 17 pegawai swasta setuju dengan konsep khilafah. Sementara 9,1% pegawai BUMN tidak setuju Pancasila sebagai idiologi yang tepat bagi Indonesia dan setuju konsep khilafah 10,3%.

Fenomena radikalisme di masyarakat menunjukkan potensi besar radikalisme di lingkungan pendidikan (Haryanto, 2019). Data pada tahun 2016-2020 menunjukkan bahwa potensi radikalisme sangat tinggi di kalangan pelajar dan guru. 

Survei Lembaga Kajian Islam dan Perdamaian (LaKIP) misalnya mengungkap bahwa hampir 50% pelajar setuju pada tindakan radikal. 25% siswa dan 21 % guru menyatakan Pancasila tidak relevan lagi. 84.8 % siswa dan 76.2 % guru setuju dengan penerapan syariat Islam di Indonesia. 

Sementara yang menyatakan setuju dengan kekerasan untuk solidaritas agama mencapai 52.3% siswa dan 14.2% membenarkan adanya tindakan ataupun perbuatan berupa serangan bom (http://www.bbc.com/indonesia, 2016).

Alvara Research Center dan Mata Air Foundation pada September-Oktober tahun 2017. Hasil survei ini mengungkapkan bahwa sebanyak 23.5% mahasiswa dan 16.3% pelajar mendukung adanya tindakan untuk memperjuangkan negara Islam. Sekitar 18.6 % mahasiswa dan 16.8% pelajar memilih ideologi Islam sebagai ideologi yang lebih tepat untuk Indonesia (https://nasional.tempo.co, 2017).

Kementerian Agama dalam dasa warsa terakhir ini sangat konsen dan menjadikan sebagai pengarusutamaan moderasi beragama, agar bangsa ini tetap toleran dan damai. Empat pilar moderasi beragama seperti komitmen kebangsaan, toleransi, anti kekerasan dan akomodatif terhadap kebudayaan local, harus ditanamkan kepada generasi muda termasuk mahasiswa.

Dalam forum Final Day BBM MAI Foundation melalui layar zoom, penulis berpesan lima hal kepada para mahasiswa Beasiswa Bintang Mandiri, yaitu: Pertama, belajar agama dengan benar, melalui sumber yang otoritatif dan metode yang tepat. Ini penting agar wacana-wacana keagamaan yang di asup oleh mahasiswa benar-benar orisinal, kuat dan moderat.

Kedua, menjadi mahasiswa yang cerdas dan kritis (critical thinking). Segala bentuk informasi yang diterima harus dipilih dan di pilih kadar manfaatnya. Bahasa lainnya adalah di saring barung di sharing ke publik.

Ketiga, melakukan counter narasi dan idiologi melawan intoleransi dan radikalisme; Para Awardee harus berada di garis depan menyuarakan paham keagamaan yang inklusif, moderat dan rahmatan lil ‘alamin, tidak hanya di dunia kampus tetapi juga di masyarakat. 

Keempat, Mengasah ilmu dan ketrampilan menyiapkan ke dunia kerja dengan profesinalisme. Kelemahan kelompok Gen-Z (millennial) harus ditutupi dengan profesionalimse, gabungan dari karakter, nilai-niliai yang di anut dan ilmu pengetahuan;

Kelima, jadilah intelektual organik, bukan intelektual yang berada di menara gading, kata Antonio Gramcy. Salah satu dari penguatan kebangsaan adalah menjadikan ilmu bukan untuk ilmu, tetapi ilmu untuk perubahan. 

***

*) Oleh : Dr. H. Ruchman Basori, Kepala Pusat Pembiayaan Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan Setjen Kemenag.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

*) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Pewarta : Hainorrahman
Editor : Hainorrahman
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Malang just now

Welcome to TIMES Malang

TIMES Malang is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.