TIMES MALANG, YOGYAKARTA – Asiyah Ahmad Dahlan adalah seorang anak perempuan dari Kiai Haji Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah dan Nyai Ahmad Dahlan (Siti Walidah), lahir pada tanggal 1 Mei 1899. Seorang tokoh perempuan yang juga berperan penting dalam gerakan pendidikan Islam di Indonesia.
Ia lahir di Yogyakarta, lahir dalam keluarga yang sangat mendalami ajaran Islam, Asiyah dibesarkan dalam keadaan sosial yang mendukung pembaruan sosial, terutama dalam bidang pendidikan dan pemberdayaan perempuan.
Keluarga Ahmad Dahlan dikenal sebagai pelopor pembaruan Islam di Indonesia, dengan menekankan pentingnya pendidikan dan dakwah yang berbasis pada prinsip-prinsip moderat dan inklusif.
Sebagai anak dari keluarga yang memegang teguh nilai-nilai tersebut, Asiyah turut berperan dalam melanjutkan visi orang tuanya, terutama dalam memperjuangkan hak-hak perempuan dan pendidikan Islam yang lebih modern.
Pendidikan dan Masa Muda Asiyah Ahmad Dahlan
Sebagai anak dari pendiri Muhammadiyah, Asiyah mendapatkan pendidikan yang sangat baik sejak kecil. Pendidikan yang ia terima tidak hanya terbatas pada ilmu agama, tetapi juga mencakup ilmu pengetahuan umum yang mendukung perkembangan pemikiran modern.
Ia belajar dari ayahnya yang dikenal sebagai seorang ulama yang berpandangan maju dan dari ibunya yang sangat aktif dalam mengembangkan pendidikan untuk perempuan.
Asiyah menghabiskan masa kecilnya di Yogyakarta, kota yang menjadi pus pergerakan Muhammadiyah. Di sini, ia menyaksikan langsung perjuangan orang tuanya dalam memajukan pendidikan dan dakwah Islam yang moderat.
Sebagai anak perempuan, Asiyah juga mendapat kesempatan untuk mendapatkan pendidikan yang setara dengan laki-laki, yang menjadi salah satu prinsip yang diperjuangkan oleh Muhammadiyah.
Gagasan-gagasan Asiyah Ahmad Dahlan
Pertama, pemberdayaan perempuan dalam Islam. Salah satu gagasan penting yang diyakini Asiyah adalah pentingnya pemberdayaan perempuan dalam Islam. Sebagai anak dari Nyai Ahmad Dahlan, yang mendirikan Aisyiyah, organisasi perempuan Muhammadiyah.
Asiyah terlibat dalam gerakan yang mendukung pendidikan dan peran aktif perempuan dalam masyarakat. Dalam hal ini, Asiyah mewarisi semangat ibunya untuk mengangkat martabat perempuan Muslim melalui pendidikan dan dakwah.
Kedua, Islam moderat dan toleransi. Asiyah dipengaruhi oleh gagasan Islam moderat yang mengedepankan toleransi dan kedamaian. Dalam kehidupan sosial dan dakwah, Asiyah mungkin terlibat dalam upaya untuk memperkenalkan Islam yang inklusif, terbuka terhadap perbedaan, dan tidak terjebak dalam ekstremisme.
Islam moderat yang diperjuangkan oleh Asiyah bertujuan untuk membangun masyarakat yang lebih damai dan harmonis, dengan menghargai pluralitas.
Peran Penting Asiyah Ahmad Dahlan dalam Islam Modern
Pertama, pengaruh dalam pendidikan perempuan. Organisasi Aisyiyah, yang didirikan oleh ibunya, merupakan wadah penting dalam mendukung pendidikan perempuan.
Asiyah, meskipun tidak banyak tercatat dalam sejarah, kemungkinan besar berperan dalam mendukung kegiatan-kegiatan Aisyiyah yang bertujuan untuk memberdayakan perempuan melalui pendidikan agama dan keterampilan praktis.
Kedua, leran dalam organisasi Muhammadiyah. Muhammadiyah adalah organisasi Islam yang berfokus pada dakwah, pendidikan, dan pemberdayaan sosial. Meskipun peran Asiyah dalam Muhammadiyah tidak banyak tercatat, pengaruhnya dalam mendukung kegiatan organisasi ini dapat dilihat dari nilai-nilai yang diwariskan oleh keluarganya.
Muhammadiyah sendiri mengedepankan gagasan Islam yang moderat, rasional, dan berorientasi pada kemajuan, yang juga merupakan bagian dari warisan pemikiran yang diteruskan oleh Asiyah.
Akhir Hayat Asiyah Ahmad Dahlan
Asiyah Ahmad Dahlan meninggal dunia pada tahun 1946. Meskipun tidak banyak catatan yang mendalam mengenai kehidupan pribadi dan akhir hayatnya, peranannya dalam mendukung pendidikan perempuan dan pemberdayaan melalui Aisyiyah serta kontribusinya dalam mendukung gerakan Muhammadiyah tetap dikenang.
Sebagai bagian dari keluarga besar yang berperan penting dalam pembaruan Islam di Indonesia, Asiyah telah meninggalkan warisan yang penting dalam sejarah pergerakan perempuan dan pendidikan Islam di Indonesia. (*)
***
*) Oleh : Fikri Hidalaga Suryapadma Soemadja.
*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Pewarta | : Hainorrahman |
Editor | : Hainorrahman |