TIMES MALANG, GURU BK DAN PENDIDIKAN DI INDONESIA – Pendidikan adalah fondasi utama dalam pembangunan suatu bangsa, dan kualitas pendidikan sangat bergantung pada bagaimana sistem pendidikan itu dirancang dan diterapkan. Salah satu elemen yang seringkali terabaikan dalam sistem pendidikan formal kita adalah peran penting yang dimainkan oleh Guru Bimbingan Konseling (BK).
Dalam beberapa tahun terakhir, peran Guru BK seringkali dipahami secara sempit, hanya sebatas sebagai “pemberi hukuman” atau pengawas disiplin bagi siswa yang bermasalah. Namun, sebagaimana diungkapkan oleh Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Prof. Abdul Muti, peran Guru BK harus diperkuat untuk lebih dari sekadar menghukum. Seharusnya, guru BK adalah fasilitator yang membantu siswa dalam mengembangkan potensi diri, memecahkan masalah, dan membentuk karakter yang lebih baik.
Mengatasi Stereotip Guru BK sebagai Penegak Hukuman
Prof. Abdul Muti menyampaikan pandangannya bahwa salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh Guru BK di Indonesia adalah persepsi yang keliru tentang tugas dan fungsi mereka. Di banyak sekolah, guru BK masih dianggap sebagai pihak yang hanya menangani masalah disiplin siswa, seperti keterlambatan, kebiasaan buruk, atau pelanggaran aturan lainnya. Konsekuensinya, banyak siswa yang merasa takut atau enggan mendekati guru BK karena menganggap mereka sebagai "polisi sekolah" yang siap memberi hukuman.
Stereotip ini tentu tidak hanya merugikan siswa, tetapi juga menciptakan batasan antara siswa dan pendidik yang seharusnya berfungsi sebagai pendamping dalam proses perkembangan pribadi dan sosial mereka. Prof. Abdul Muti, dengan kebijakannya yang progresif, ingin mengubah pandangan ini dengan menggeser peran guru BK dari pengawas disiplin menjadi penasihat yang bijaksana dan pembimbing yang memahami tantangan emosional dan sosial yang dihadapi oleh siswa di era yang semakin kompleks ini.
Menyusun Pembekalan yang Komprehensif untuk Guru BK
Penting untuk dicatat bahwa pembekalan Guru BK yang lebih holistik tidak hanya akan menguntungkan siswa, tetapi juga seluruh ekosistem pendidikan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Prof. Abdul Muti, pembekalan bagi Guru BK sangat diperlukan, terutama dalam menghadapi dinamika perkembangan sosial dan psikologis siswa yang sangat beragam.
Guru BK perlu dilatih untuk mengidentifikasi berbagai masalah yang dihadapi siswa, baik itu masalah keluarga, psikologis, sosial, atau bahkan masalah yang berkaitan dengan kecanduan teknologi.
Penyediaan pelatihan yang memadai akan memberikan Guru BK alat yang lebih baik untuk dapat mendampingi siswa dengan pendekatan yang lebih profesional, empatik, dan solutif. Mereka tidak hanya akan berperan sebagai konselor yang memberi nasihat, tetapi juga sebagai pendamping yang membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan hidup yang esensial, seperti keterampilan komunikasi, pengelolaan stres, dan pemecahan masalah.
Dengan demikian, pembekalan ini dapat memperkuat peran Guru BK dalam pendidikan karakter, yang menjadi salah satu elemen terpenting dalam mencetak generasi yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga matang dalam aspek emosional dan sosial.
Dampak Positif terhadap Pengembangan Karakter Siswa
Kebijakan ini tidak hanya akan mengurangi kesan negatif terhadap Guru BK, tetapi juga akan menciptakan lingkungan pendidikan yang lebih inklusif dan mendukung. Ketika siswa merasa dihargai dan dipahami oleh Guru BK, mereka lebih cenderung untuk terbuka dalam berbicara tentang masalah pribadi mereka, yang memungkinkan guru BK untuk memberikan bimbingan yang lebih tepat dan efektif.
Dengan pendekatan yang lebih konstruktif, Guru BK bisa membantu siswa untuk mengatasi berbagai tantangan, mengembangkan kemampuan untuk mengelola emosi mereka, dan membentuk kepribadian yang lebih matang dan tangguh dalam menghadapi tekanan kehidupan.
Lebih jauh lagi, kebijakan ini juga dapat memperkuat hubungan antara sekolah dan orang tua. Orang tua yang merasa anaknya mendapatkan perhatian yang lebih baik dari Guru BK akan merasa lebih tenang dan percaya bahwa pendidikan yang diberikan tidak hanya terfokus pada nilai akademik, tetapi juga pada perkembangan karakter anak mereka.
Meningkatkan Kualitas Pendidikan Nasional
Peningkatan kualitas Guru BK dan
pemahaman yang lebih mendalam tentang peran mereka juga akan memberikan dampak positif yang lebih luas bagi kualitas pendidikan nasional. Mengembangkan sistem bimbingan yang lebih baik dapat menurunkan tingkat kekerasan di sekolah, mengurangi perilaku menyimpang, dan bahkan menanggulangi masalah bullying yang masih menjadi persoalan serius di banyak sekolah.
Dengan Guru BK yang lebih terampil dalam menangani masalah-masalah ini, siswa akan tumbuh dalam lingkungan yang lebih positif, yang pada gilirannya akan menciptakan suasana belajar yang lebih kondusif.
***
*) Oleh : Hilma Fanniar Rohman, Dosen Universitas Ahmad Dahlan.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.
*) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Pewarta | : Hainorrahman |
Editor | : Hainorrahman |