TIMES MALANG, MALANG – Pakar ekonomi Islam, Prof. Muhammad Syafi'i Antonio, M.Ec mengatakan bahwa bukan hal sulit bagi Muhammadiyah untuk membuat sebuah bank baru. Menurutnya, Muhammadiyah adalah organisasi Islam yang besar, dengan kekuatan ekonomi luar biasa.
Menurut pendiri Institut Agama Islam Tazkia ini, potensi ekonomi Muhammadiyah sudah sangat besar dan cukup untuk membentuk bank sendiri tanpa harus bergantung pada lembaga keuangan lain.
"Saat ini, perputaran dana Muhammadiyah tercecer di berbagai bank, sementara kita tidak mendapatkan layanan yang optimal. Mengapa tidak mendirikan bank sendiri? Kita hanya butuh modal Rp3 triliun, sedangkan aset Muhammadiyah jauh lebih besar," kata dia, Senin (3/3/2025).
Ia juga mengusulkan beberapa strategi untuk mewujudkan Bank Muhammadiyah Syariah, di antaranya akuisisi bank konvensional yang kemudian dikonversi ke syariah, merger seluruh BPR Syariah milik Muhammadiyah, atau menggalang dana wakaf untuk mendirikan bank tersebut.
"Mengumpulkan Rp2 triliun untuk bank jauh lebih mudah dibandingkan menyatukan hati para pemimpin BPR Syariah yang masih memiliki ego sektoral," tambahnya.
Selain gagasan perbankan, Prof. Syafi'i Antonio juga menyoroti potensi besar dalam optimalisasi wakaf produktif. Ia menyoroti bahwa mayoritas wakaf di Indonesia masih berorientasi pada aset fisik seperti tanah dan bangunan, sementara di negara lain konsep wakaf lebih fleksibel. Maka dari itu, harus mulai berpikir lebih strategis dengan mengembangkan Cash Wakaf Link Sukuk (CWLS) atau Cash Wakaf Link Deposit.
Tak hanya itu, ia juga mengusulkan pendirian Asuransi Muhammadiyah untuk mengakomodasi kebutuhan asuransi jutaan anggota dan aset Muhammadiyah yang selama ini diasuransikan ke perusahaan konvensional. "Muhammadiyah bisa memiliki asuransi tanpa modal besar. Potensinya sangat besar dan bisa segera diwujudkan," tegasnya.
Prof. Syafi'i Antonio mengajak Muhammadiyah untuk memanfaatkan kekuatan ekonomi dan teknologinya dengan menciptakan produk inovatif, termasuk gagasan pembuatan handphone Muhammadiyah.
"Handphone ini bisa menjadi alat dakwah digital sekaligus penguatan ekonomi umat. Muhammadiyah harus mengawal era digital dengan strategi yang tepat," pungkasnya. (*)
Pewarta | : Achmad Fikyansyah |
Editor | : Imadudin Muhammad |