TIMES MALANG, MALANG – Kota Malang, Jawa Timur memiliki banyak peninggalan bangunan tua era zaman kolonial Belanda. Di pusat kota, ada kawasan Kayutangan (Jalann Basuki Rahmat) dan Kauman (kawasan alun-alun) yang saat ini dikembangkan sebagai kawasan wisata kota tua karena banyak terdapat bangunan yang di bangun di era pendudukan Belanda.
Di sisi timur kawasan Kayutangan, Anda juga bisa menikmati bangunan-bangunan tua, bersejarah seperti Balai Kota Malang dan juga Stasiun Kota Malang.
Disarikan dari situs heritage.kai, Stasiun Malang (yang saat ini lebih dikenal dengan nama Stasiun Kota Lama) sebenarnya semacam halte. Stasiun ini merupakan ujung dari jalur kereta api pertama yang dibangun oleh perusahaan kereta api negara Staatsspoorwegen (SS) yaitu lintas Surabaya – Pasuruan - Malang. Jalur sepanjang 112 km itu diresmikan pada tanggal 20 Juli 1879 oleh Gubernur Jenderal Mr. J. W. van Lansberge.
Waktu itu, Stasiun Malang hanya bangunan kecil, dan baru diperbesar dan memanjang 20 tahun kemudian.
Pada tahun 1914 status Malang naik menjadi Gementee dan kemudian menjadi ibukota Karesidenan Pasuruan. Kondisi ini membuat pemerintah Hindia Belanda melakukan perencanaan pembangunan kota yang dipimpin oleh arsitek kenamaan, Ir. Thomas Karsten.
Stasiun Malang di tahun 2023 masih mempertahankan bangunan lawas. (Foto: Rizky Kurniawan Pratama/TIMES Indonesia)
Pada tahun 1938, Gementee Malang dan SS melakukan pemindahan Stasiun Malang. Stasiun yang baru dibangun sisi utara stasiun lama karena letaknya sangat strategis dari segi tata ruang Kota Malang. Stasiun Malang yang baru menghadap alun-alun bunder, sebuah lambang dari pusat Kota Malang yang baru (setelah tahun 1925).
Stasiun baru milik SS selesai dibangun tahun 1941. Desain stasiun dirancang oleh J. van dr Eb, seorang kepala teknisi SS. Pembangunan stasiun di aplikasikan dengan desain bangunan bergaya monoque, sebuah desain arsitektur modern stasiun khas Eropa. Stasiun ini memiliki peron tinggi yang terhubung dengan terowongan bawah tanah sebagai akses pejalan kaki seperti di Stasiun Pasar Senen.
Pembangunan Stasiun Malang dirancang sewaktu ada desas-desus perang, sehingga pada terowongan dibuat pintu berbahan baja tebal. Pembuatan pintu ini dimaksudkan agar terowongan dapat digunakan sebagai tempat perlindungan ancaman bom.
Selain itu, ketiga peron di stasiun pada bagian atapnya terbuat dari beton modern sebagai salah satu bentuk perlindungan. Kanopi di Stasiun Malang tersebut menunjukan betapa kuat dengan kemiripan pada kanopi paska perang yang di bangun di Rotterdam CS.
Gedung Stasiun Malang yang mulai dioperasikan per Senin (10/5/2021). (Foto: Rizky Kurniawan Pratama/TIMES Indonesia)
Saat ini, PT KAI telah melakukan perluasan bangunan di Stasiun Malang dengan membangun peron baru di sisi timur.
Pintu masuk Stasiun Malang atau Stasiun Kota Baru, begitu sebagian warga Malanng menyebutnya, tidak hanya dari sisi Barat atau melalui bangunan lama, namun juga dari sisi Timur atau di Jalan Panglima Sudirman. Bangunan baru ini mulai beroperasii Senin 10 Mei 2021.
Perombakan ini terkait upaya peningkatan layanan bagi penumpang dan logistik barang. Ini dilakukan karena Stasiun Malang telah menjadi stasiun tersibuk di Jawa Timur dengan melayani seluruh rute di Pulau Jawa. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Sejarah Stasiun Malang yang Dibangun di Era Perang, ada Terowongan untuk Berlindung dari Bom
Pewarta | : Wahyu Nurdiyanto |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |