TIMES MALANG, MALANG – Hajat hidup berupa kebutuhan air bersih warga Desa Karangsuko, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Malang, dipenuhi dari melimpahnya air dari sumber mata air Sumber Maron, Pagelaran. Lebih dari 1 ribu pelanggan sehari-hari memanfaatkan air dari sumber ini.
Dalam sehari, kapasitas debit air terbesar di Sumber Maron, Desa Karangsuko, Pagelaran ini bisa mencapai 7-8 kubik per detik. Sedangkan, kebutuhan air bersih rumah tangga rata-rata 20-30 meter kubik, sisanya lebih banyak dimanfaatkan untuk kebutuhan kegiatan sosial dan pelaku usaha.
"Di sini ada 3 ribu pelanggan, yang dialiri air bersih dari Sumber Maron. Untuk air yang dialirkan dari PLTMH untuk memenuhi 1 ribu pelanggan. Kebutuhan air untuk usaha, bisa mencapai 100 meter kubik," terang pengelola BUMDes Amanah, yang setiap hari mengurusi suplai air di Sumber Maron, Gizal, Rabu (18/12/2024).
Untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi warga sekitar ini, air di Sumber Maron ini dialirkan dengan 3 pompa air, salah satu darinya, turbin penggeraknya memanfaatkan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH). Sisanya, dari 2 water pump yang harus memanfaatkan energi atau daya listrik untuk menggunakannya.
Dengan adanya sumber air yang dilengkapi PLTMH ini, masyarakat Desa Karangsuko dan sekitarnya menjadi terjamin kesejahteraan airnya. Terlebih, warga juga diuntungkan dengan biaya jauh lebih hemat dibanding berlangganan air bersih dari PDAM/PAM.
"Air dari sumber ini yang dialirkan untuk pelanggan seharga Rp1.000/meter kubik, dibandingkan harga dari PDAM yang jauh lebih mahal sehingga, masyarakat lebih memilih ambil air Sumber Maron," terangnya.
Meski demikian, Gizal menyebutkan, dari pemenuhan pasokan air bersih Sumber Maron yang dikelola Bumdes Amanah ini, pihak Desa Karangsuko, Pagelaran, bisa mendapatkan penghasilan kotor hingga Rp 100 juta per bulan.
Jika dihitung dengan biaya operasional dan lainnya, jelas tetap lebih untung. Ia merinci, harus mengeluarkan pajak bea air permukaan tanah sebulan hanya Rp1,5 juta. Sementara, biaya kebutuhan biaya listrik yang tidak bisa dipenuhi daei PLTMH, harus dikeluarkan sekitar Rp43 sampai Rp46 juta.
Keberadaan PLTMH di kawasan sumber air di Sumber Maron, Pagelaran sendiri awalnya bermula dari laporan mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) sekitar tahun 2008.
Setelah dilakukan studi kelayakan, maka didapati hasil untuk gagasan membuat PLTMH di Sumber Maron ini di tahun berikutnya. Peletakan batu pertama PLTMH Sumber Maron ini dilakukan saat Rektor UMM masih dijabat Muhajir Effendi.
Wakil Dekan I Fakultas Teknik UMM, Machmud Efendi mengungkapkan, kebutuhan anggaran investasi awal pembuatan PLTMH Sumber Maron Pagelaran ini diperkirakan Rp 400 juta.
"Paling banyak untuk konstruesi sipil berupa bangunan untuk generator dan turbin, serta jaringan pipa air dengan elevasi 4 meter. Kapasitas daya listrik yang dihasilkan 20 KwH, dengan debit 0,8 kubik/detik," terang Machmud, yang juga ikut mengawali pembangunan PLTMH ini.
Karena kebutuhan masyarakat semakin bertambah, yang direncanakan bisa mengaliri hingga 2 ribu rumah pelanggan, menurutnya PLTMH Sumber Maron ini perlu dikembangkan.
Salah satu alternatifnya, kata Machmud, direncanakan membangun instalasi solat cell untuk memasok kebutuhan energi listrik. Karena, lebih hemat dibanding daya listrik biasa.
"Hasil dari pengaliran air untuk masyarakat ini, juga dibutuhkan untuk operasional pemeliharaan pembangkitnya. Hal ini, karena generator atau turbin air ada masa waktunya, yang harus diganti dan disiapkan cadangannya, mengingat generator tidak boleh sampai mati," pungkasnya. (*)
Pewarta | : Khoirul Amin |
Editor | : Imadudin Muhammad |