https://malang.times.co.id/
Berita

Presiden AS Serukan Hindari Perang Habis-Habisan di Timur Tengah

Senin, 30 September 2024 - 09:12
Presiden AS Serukan Hindari Perang Habis-Habisan di Timur Tengah Perdana Menteri Israel. Benjamin Netanyahu akan terus mengejar dan membunuh musuh-musuhnya, Hamas, Hizbullah, Houthi dan lainnya. (FOTO: Al Jazeera)

TIMES MALANG, JAKARTA – Presiden AS, Joe Biden menyerukan perang habis-habisan di wilayah Timur Tengah harus dihindari.

Namun di sisi lain, saat ini Amerika Serikat justru mempersiapkan diri menghadapi Iran sekaligus membela Israel.

Dilansir Al Jazeera, penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih, John Kirby mengatakan, bahwa eskalasi menuju perang komprehensif tidak akan memungkinkan Israel berhasil mencapai tujuan yang digariskan, yaitu memulangkan para pengungsi warga Israel di utara ke rumah mereka.

Kirby mengatakan dalam sebuah wawancara dengan CNN juga mengatakan, bahwa negaranya saat ini justru berfokus memperhatikan apa yang akan dilakukan Iran, dan bersiap membela diri sekaligus membela Israel.

Joe Biden mengatakan perang habis-habisan di Timur Tengah harus dihindari.

Dilansir Reuters, Joe Biden mengaku akan berbicara dengan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu tanpa menyebutkan waktunya.

"Saya akan memberi tahu anda apa yang akan saya katakan kepadanya ketika saya berbicara dengannya," kata Biden saat ditanya wartawan.

Soal seruannya agar menghindari perang habis-habisan di Timur Tengah itu, Joe Biden mengatakan bahwa itu menjadi keharusan. "Kita benar-benar harus menghindarinya," ujarnya.

Namun seorang jurnalis investigasi terkemuka Kanada, Andrew Mitrovica yang juga kolumnis di situs Al Jazeera berbahasa Inggris menyebut, seruan pihak Barat yang dipimpin Amerika Serikat untuk gencatan senjata di wilayah Timur Tengah itu hanyalah tipu-tipu saja.

Ia mengatakan, Barat tidak peduli jika warga Lebanon dibantai seperti warga Palestina, karena keduanya mereka anggap tidak layak untuk hidup. Karena itu seruan Barat untuk melakukan gencatan senjata tidak lebih dari sebuah tipuan.

Andrew Mitrovica menjelaskan bahwa upaya yang dilakukan sekelompok pemimpin Barat yang mengaku khawatir dan kemudian berusaha mencegah bencana perang lainnya di Timur Tengah, ternyata  juga tidak behasil.

Nyatanya mereka tidak bisa bernegosiasi untuk gencatan senjata dengan Benjamin Netanyahu, orang yang lebih memilih perang daripada perdamaian.

Benjamin Netanyahu sekali lagi menggunakan Taurat untuk membenarkan dan menjelaskan agresi yang dilancarkannya terhadap Palestina, Lebanon dan Yaman, serta berjanji untuk mengubah keadaan di kawasan.

Netanyahu mengatakan dalam konferensi pers dengan Menteri baru di Kabinet Israel, Da'on Sa'ar, "Sebagaimana tertulis dalam Taurat, saya akan mengejar musuh-musuh saya dan melenyapkan mereka," katanya.

"Kami bekerja secara sistematis untuk membunuh para pemimpin Hizbullah dan mengubah realitas strategis di seluruh Timur Tengah," tambahnya.

Dia menekankan bahwa perubahan perimbangan kekuatan akan membawa kemungkinan terbentuknya aliansi baru di kawasan karena ia yakin akan menang.

"Kami hidup dalam perang di 7 front. Kami menghancurkan Hamas di Gaza, kita menyerang Hizbullah, dan satu jam yang lalu kita menyerang Houthi di Yaman," katanya.

Melihat yang digariskan oleh Benjamin Netanyahu  itu, Mitrovica  menggambarkan para pemimpin Barat yang dipimpin oleh Presiden AS Joe Biden itu berbohong.

Mereka, lanjut Mitrovica seharusnya mengakui saja bertanggung jawab menciptakan dilema yang terjadi pada diri Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

Karena mereka telah memberdayakan pemerintahan Israel melalui sayap kanan, kemudian mempersenjatai, serta memberinya perlindungan diplomatik.

Mitrovica menggambarkan orang-orang itu idiot, karena berpura-pura terkejut dan kecewa dengan sikap keras kepala Netanyahu.

Padahal, lanjut dia, saat ini Joe Biden dan pihak lain ingin memainkan peran sebagai "pembawa perdamaian", sedangkan mereka  selama ini tetap setia pada doktrin Barat di Timur Tengah, yakni "Bunuh dulu, baru pikirkan belakangan".

Ditambahkan bahwa Benjamin Netanyahu tidak akan "mengubah arah" karena dia tidak bisa berubah. Dia tahu bahwa perang adalah "tiket emasnya" untuk tetap menjadi Perdana Menteri, dan "waktu juga mungkin menjadi sekutunya".

Disebutkan pula, Benjamin Netanyahu juga  bergantung pada segera kembalinya mantan Presiden AS, Donald Trump ke Oval Office. 

Bila hal itu terjadi, retorika kosong Amerika Serikat mengenai kehancuran dan genosida di Gaza serta rencana invasi ke Lebanon maka akan hilang begitu saja. (*)

Pewarta : Widodo Irianto
Editor : Ferry Agusta Satrio
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Malang just now

Welcome to TIMES Malang

TIMES Malang is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.