TIMES MALANG, MALANG – Di sudut kota Malang, komunitas Indonesia Islamic Astronomy Club (IIAC) untuk pertama kalinya menggelar acara di Malang Creative Center (MCC). Workshop bertema astronomi dan pengamatan ini diselenggarakan pada 24 November 2024, menghadirkan suasana edukatif sekaligus seru bagi para guru, pelajar, dan masyarakat umum yang ingin memahami lebih dalam tentang rahasia langit malam dan menggunakan teleskop.
IIAC diresmikan pada 7 Agustus 2022 di Surabaya sebagai komunitas astronomi berskala nasional yang telah terdaftar di Kementerian Hukum dan HAM. Berdiri atas inisiatif lulusan Astronomi ITB, komunitas ini memiliki visi menjadi wadah aktualisasi diri bagi penggiat astronomi muslim se-Indonesia untuk mengagungkan kebesaran Allah melalui keajaiban alam semesta.
Dengan motto "Membaca Ayat Langit, Menebarkan Ilmu di Bumi," IIAC tidak hanya fokus pada kajian astronomi, tetapi juga menjalin kolaborasi dengan organisasi di dalam dan luar negeri. Misinya mencakup pengembangan keilmuan, kontribusi penelitian, serta pengabdian kepada masyarakat, menjadikannya ruang bagi penggiat astronomi muslim untuk berbagi ilmu dan inspirasi.
Di Malang, workshop yang diikuti 40 peserta ini dimulai dengan sesi diskusi yang dipandu oleh Agung Prayoga, pendiri Astronomi INA. Ia memaparkan dasar-dasar astronomi, seperti tata surya, bintang, hingga fenomena kematian bintang yang penuh misteri.
Penyerahan hadiah dan foto bersama dengan peserta workshop Astronomi & Pengamatan IIAC di Malang Center Creative (MCC), Minggu (24/11/2024). (FOTO: Ananda Sri R. Sihite/TIMES Indonesia)
Ia juga menjelaskan proses kematian dan akhir sebuah bintang yang terjadi karena sebuah ledakan yang menghasilkan sebuah lubang hitam yang menjadi objek misterius.
“Kematian bintang dibagi berdasarkan massa dan ukuran, jika bintang memiliki massa diatas 10x massa matahari dia akan mengembang menjadi raksasa merah lalu meledak dalam supernova meninggalkan esensi yang biasa disebut dengan bintang neutron. jika massanya lebih banyak akan menjadi lubang hitam,” ucapnya.
Agung juga menjelaskan bagaimana bintang dengan massa besar berakhir dalam ledakan supernova yang membentuk bintang neutron atau bahkan lubang hitam. Sementara itu, bintang bermassa rendah, seperti matahari, akan berakhir menjadi awan gas yang indah, yang dikenal sebagai katai putih.
“Kalau matahari kita yang merupakan tipe bintang deret utama atau simpelnya memiliki massa yang rendah ia akan membengkak menjadi raksasa merah, setelah fase raksasa merah, lapisan luar matahari yang sudah membengkak akan terlepas dan membentuk awan gas yang indah disebut katal putih. Seiring berjalannya waktu katal putih akan mendingin,” jelasnya.
Pemaparan materi sistem tata surya oleh Agung Prayoga di Workshop Astronomi dan Pengamatan IIAC Malang, Minggu (24/11/2024). (FOTO: Ananda Sri R. Sihite/TIMES Indonesia)
Mengamati Langit dengan Teleskop
Bagian paling ditunggu dari workshop adalah sesi praktik langsung. Dipandu oleh Yory Decelino, kepala Divisi Observasi dan Astrofotografi IIAC, peserta diajak memahami elemen teleskop, cara penggunaannya, hingga mengamati objek langit dari lantai delapan MCC. Momen ini menjadi pengalaman berkesan bagi para peserta, terutama mereka yang baru pertama kali menggunakan teleskop.
IIAC memiliki semangat besar untuk menyebarkan kecintaan pada astronomi. Workshop ini menjadi salah satu langkah memperkenalkan komunitas kepada masyarakat, terutama di Malang. Dengan visi besar untuk menjadikan astronomi sebagai sarana belajar sekaligus dakwah, IIAC terus berupaya menghadirkan acara-acara yang edukatif dan menarik.
Melalui workshop ini, IIAC mengukuhkan perannya sebagai komunitas yang mampu menghubungkan ilmu astronomi dengan nilai spiritual, sekaligus membangun jejaring kolaborasi untuk membawa ilmu langit lebih dekat ke bumi. (*)
Pewarta | : Ananda Sri (MG) |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |