TIMES MALANG, MALANG – Barang bekas bisa menjadi harta berharga bagi orang lain. Karena itu, keberadaan pasar barang bekas atau bursa barang bekas secara online akan tetap ada dan abadi
Termasuk di Kota Malang, Jawa Timur. Di kota pendidikan ini, ada satu kawasan yang sejak zaman dulu menjadi surganya berburu barang bekas.
Lokasinya di kawasan sekitar Jalan Prof. M. Yamin - Jalan Halmahera - Jalan Sartono SH hingga Jalan Irian Jaya. Kawasan tersebut dikenal oleh kebanyakan masyarakat, yakni Pasar Comboran.
TIMES Indonesia mencoba menelusuri kawasan yang biasanya lebih ramai pada saat hari Minggu di pagi hari.
Minggu (28/1/2024) sekitar pukul 08.30 WIB, pasar sudah ramai, Para pedagang Pasar Comboran sudah menggelar lapaknya, sementara pengunjung terlihat mulai berburu barang atau hanya sekadar melihat lihat.
Pasar Comboran menjual beraneka ragam barang bekas, mulai dari pakaian, alat elektronik, sepatu, jam tangan, kamera jadul, onderdil kendaraan dan barang barang antik lainnya.
Salah satu penjual bernama Toni (42) mengatakan, dirinya sudah sejak lama menggelar lapak jualan di kawasan tersebut.
Sejak dulu memang kawasan tersebut sudah ramai penjual berbagai macam barang bekas. Namun, semakin kesini macam macamnya semakin banyak dan semakin beragam.
"Ya memang dari dulu ramai. Ya sejak 10 tahun lalu lah. Seperti saya jual kamera, terus banyak barang elektronik bekas lainnya," ujar Toni, Minggu (28/1/2024).
Di sisi lain, salah satu pengunjung bernama Dimas (34) mengaku sering datang ke pasar Comboran, khususnya lapak lapak yang berada di pinggiran rel kereta.
Ia datang ke kawasan tersebut, untuk mencari barang barang bekas yang menurutnya unik.
"Ya cari yang unik-unik aja mas. Kadang pulang bawa belanjaan, kadang enggak. Suka aja main main ke sini lihat-lihat," ungkapnya.
Lebih sering, Dimas mencari pakaian bekas, kamera bekas dan jam jam bekas. Terkadang, ia juga mencari tape recorder ataupun kaset pita.
"Sejauh ini sih saya cari buat saya sendiri. Tapi kadang kalau bosen ya saya jual di Facebook, terus cari lagi ke sini," katanya.
Saat TIMES Indonesia berada dilokasi, kebanyakan barang barang yang dijual memang barang bekas lama. Mulai pakaian, elektronik hingga kamera, kebanyakan barang keluaran tahun 2000an ke bawah.
Namun, tak dipungkiri juga banyak barang barang terbaru yang dijual di kawasan tersebut.
Sementara, pemerhati sejarah dan budaya Malang, Agung Buana menyebut bahwa kawasan Pasar Comboran dulunya bukan di desain sebagai pasar. Akan tetapi, dulunya kawasan tersebut merupakan lokasi pemberhentian trem yang memiliki rute Malang-Singosari dan Malang-Pakis-Tumpanh di tahun 1900an sampai 1950an.
"Kita harus ingat bahwa dulu Malang punya Trem yang biasa disebut komuter dan kawasan Comboran awalnya untuk mengangkut penumpang dan barang," bebernya.
Berbicara soal nama Comboran, istilah itu lahir karena moda transportasi dokar dengan bantuan kuda. Istilah Comboran bermula dari kata Nyombor yang artinya tempat istirahat kuda untuk diberi makan dan minum.
"Di situ kan kusurnya berhenti memberi makan dan minum kuda. Akhirnya orang nyebut kawasan nyomboran. Lama-lama jadi Comboran," tuturnya.
Kawasan Comboran sebagai tempat jual-beli barang bekas, bermula dari era penjajahan Jepang di tahun 1942.
Kala itu, Jepang mengusir dan menahan orang orang Belanda yang menetap di Malang.
Pergeserannya, dimana barang barang peninggalan orang Belanda yang tertinggal, dibawa atau diserahkan ke para pribumi yang kala itu menjadi pembantu rumah mereka.
Akhirnya, barang barang peninggalan tersebut sebagian ada yang dipakai dan sebagian ada yang dijual di daerah Comboran tersebut.
"Jadi akhir periode 1950an, berkembanglah menjadi tempat jual-belu barang eks Belanda. Seperti pakaian hingga alat alat rumah tangga," imbuhnya.
Akhirnya semakin lama pasar itu semakin berkembang dengan menjual beranekaragam barang bekas. Hingga akhirnya di awal tahun 2000an, kawasan Pasar Comboran dinobatkan sebagai pasar loak atau barang bekas terbesar di Jawa Timur.
"Dari masa ke masa memang harus diakui bahwa Comboran ini memang menjadi pusat barang loak dan antik terbesar di Jawa Timur," tandasnya. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Menelusuri Surganya Barang Bekas di Kota Malang
Pewarta | : Rizky Kurniawan Pratama |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |