https://malang.times.co.id/
Berita

Menggali Kembali Relevansi Zine di Era Modern

Jumat, 27 September 2024 - 23:20
Festival Sastra Kota Malang: Menggali Kembali Relevansi Zine di Era Modern Kudapan Aneka Rasa Zine dalam Festival Sastra Kota Malang. (FOTO: Rismauliya Melati Surya/TIMES Indonesia)

TIMES MALANG, MALANGFestival Sastra Kota Malang melalui program Jelajah Nusantara menghadirkan acara "Aneka Rasa Zine" pada Kamis, 26 September 2024 di Kafe Critasena.

Acara ini bertujuan untuk mengangkat kembali peran zine sebagai media alternatif yang masih relevan di era modern. Zine, yang dikenal sebagai media cetak sederhana berisi tulisan dan gambar, dicetak dan didistribusikan secara mandiri, tetap menjadi platform bagi mereka yang ingin menyuarakan hal-hal yang sering diabaikan oleh media arus utama.

Ammar dari Samack-Malang menyampaikan, “Ada satu aturan dalam zine: tidak ada aturan.”

Menuritnya, Zine memberi kebebasan penuh bagi siapa saja untuk mengekspresikan ide-ide dan opini mereka. Pada tahun 2000-an, zine memainkan peran penting karena keterbatasan informasi saat itu.

Hingga kini, zine tetap relevan karena kemampuannya mengekspos isu-isu yang sering terlewatkan oleh media sosial dan mainstream.

Hilman dari Rekam Jaya menambahkan bahwa zine di Malang berkembang dalam berbagai bentuk, seperti musik, sastra, kuliner, hingga cerita pribadi. Zine pertama kali muncul di Malang pada tahun 2010 dan sejak itu menjadi sarana dokumentasi yang kuat, terutama di skena musik indie.

Festival-Sastra-Kota-Malang-a.jpgZine bertema kuliner dari Dingklik Pedes-Gresik (FOTO: Rismauliya Melati Surya/TIMES Indonesia)

“Zine memberi kebebasan menulis tanpa harus mematuhi aturan yang kaku. Menulis tidak harus berat,” ujar Hilman.

Menurutnya, zine bukan sekadar media, tetapi juga alat pembelajaran yang menjembatani budaya menulis dan mendokumentasikan hal-hal kecil yang sering terlewat di media besar.

Habib dari Dingklik Pedes-Gresik menyoroti bagaimana zine juga menjadi alat dokumentasi kuliner lokal yang jarang terekspos oleh media mainstream. Ia memberi contoh Bubur Roomo, makanan khas Gresik yang kini mulai dikenal lewat zine.

“Zine seperti memperbesar lensa ke Gresik, memperlihatkan sisi kuliner yang lebih kaya daripada sekadar enak atau tidak,” ungkapnya.

Meskipun sering dianggap sebagai media kelas dua karena tidak memiliki ISBN dan terlihat kurang formal, zine memiliki kontribusi besar dalam perkembangan budaya literasi dan jurnalistik di Indonesia.

Banyak yang memanfaatkan zine sebagai media pembelajaran dan menjadi pintu awal untuk menjadi jurnalis. Zine memberikan kebebasan kepada pembuatnya untuk merekomendasikan musik, makanan, atau budaya lokal tanpa terikat oleh aturan. 

Zine juga memiliki sejarah panjang sebagai media dokumentasi, di mana proses pembuatan sering kali lebih dihargai daripada hasil akhirnya.

“Selalu ada dorongan untuk mendokumentasikan ide-ide sendiri,” kata Ammar. Layaknya menulis di atas daun lontar atau mengukir di batu pada masa lalu, zine menjadi cara manusia menjaga keaslian ide dan kreativitas.

Di Malang, komunitas seperti Pena Hitam Art Space secara rutin membuat dan mendistribusikan zine yang membahas musik, seni, dan isu-isu lokal.

Di tengah derasnya arus media digital, zine tetap bertahan sebagai media alternatif yang memberikan ruang tanpa batas untuk kreativitas dan ekspresi. (*)

Pewarta : Rismauliya Melati Surya (MG)
Editor : Wahyu Nurdiyanto
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Malang just now

Welcome to TIMES Malang

TIMES Malang is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.