https://malang.times.co.id/
Opini

Ilusi Angka Marketing Digital

Rabu, 24 Desember 2025 - 00:49
Ilusi Angka Marketing Digital Burhanuddin, Kader PMII Cabang Kota Malang.

TIMES MALANG, MALANG – Marketing digital hari ini tampak gemerlap. Angka impresi melonjak, jumlah pengikut meningkat, dan konten berseliweran di berbagai platform. Namun di balik hiruk-pikuk itu, muncul pertanyaan mendasar: apakah marketing digital benar-benar membangun nilai, atau sekadar memproduksi ilusi keberhasilan?

Banyak pelaku usaha terjebak pada logika angka. Likes, views, reach, dan engagement dijadikan ukuran utama kesuksesan. Padahal angka-angka itu sering kali tidak berbanding lurus dengan kepercayaan, loyalitas, apalagi transaksi. Marketing digital direduksi menjadi lomba viral, bukan strategi membangun relasi jangka panjang.

Fenomena ini mendorong lahirnya konten instan. Sensasional, provokatif, dan sering kali miskin makna. Algoritma menjadi “tuhan baru” yang menentukan arah strategi. Konten dibuat bukan untuk menjawab kebutuhan audiens, tetapi untuk menyenangkan mesin. Akibatnya, brand kehilangan suara autentiknya.

Ironisnya, banyak strategi marketing digital hanya meniru pola yang sedang tren. Copy paste konten, format seragam, bahkan narasi yang sama, hanya berbeda logo. Kreativitas dikorbankan demi kecepatan. Padahal di tengah banjir konten, yang dibutuhkan justru diferensiasi dan kejujuran pesan.

Marketing digital seharusnya bukan sekadar menjual produk, tetapi membangun cerita. Konsumen hari ini tidak hanya membeli barang, mereka membeli nilai, pengalaman, dan identitas. Namun ketika marketing terlalu agresif, audiens merasa diburu, bukan diajak berdialog.

Masalah lain adalah ketimpangan literasi digital. Banyak pelaku UMKM masuk ke dunia digital tanpa pemahaman strategi. Mereka diajari cara posting, tetapi tidak dibekali cara membaca data. Akibatnya, iklan dibakar tanpa arah, konten diproduksi tanpa tujuan, dan kekecewaan pun muncul.

Platform digital sering diperlakukan sebagai etalase, bukan ekosistem. Padahal marketing digital membutuhkan pemahaman perilaku audiens, waktu interaksi, bahasa komunikasi, dan konteks budaya. Tanpa itu, kampanye hanya menjadi kebisingan di linimasa.

Di sisi lain, algoritma memang memberi peluang demokratis. Brand kecil bisa bersaing dengan pemain besar. Namun peluang ini hanya berpihak pada mereka yang konsisten dan autentik. Ketika semua berlomba-lomba viral, kepercayaan justru menjadi komoditas paling langka.

Marketing digital juga menghadapi tantangan etika. Manipulasi emosi, clickbait berlebihan, hingga penggunaan data tanpa kesadaran audiens, kerap dinormalisasi. Padahal kepercayaan adalah modal utama. Sekali rusak, brand akan sulit memulihkannya.

Kita juga perlu jujur bahwa marketing digital bukan solusi instan. Banyak yang masuk dengan harapan penjualan naik dalam semalam. Ketika hasil tak sesuai ekspektasi, digital disalahkan. Padahal yang keliru sering kali bukan platformnya, melainkan strateginya.

Marketing digital yang sehat membutuhkan riset, narasi, dan konsistensi. Konten bukan sekadar rutin, tetapi relevan. Iklan bukan sekadar ramai, tetapi tepat sasaran. Data bukan sekadar laporan, tetapi bahan refleksi.

Ke depan, marketing digital akan semakin bergeser ke arah kepercayaan dan komunitas. Brand yang bertahan bukan yang paling keras beriklan, tetapi yang paling jujur berkomunikasi. Bukan yang paling sering muncul, tetapi yang paling dipahami audiensnya.

Marketing digital bukan soal mengalahkan algoritma, tetapi memahami manusia di balik layar. Ketika strategi berangkat dari empati, bukan sekadar angka, digital marketing akan kembali pada hakikatnya: menghubungkan, bukan membisingkan.

 

***

*) Oleh : Burhanuddin, Kader PMII Cabang Kota Malang.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

 

____________
**) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

Pewarta : Hainor Rahman
Editor : Hainorrahman
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Malang just now

Welcome to TIMES Malang

TIMES Malang is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.