https://malang.times.co.id/
Opini

Mitra Mendidik

Rabu, 22 Januari 2025 - 18:08
Mitra Mendidik Arif Yudistira, Peminat Dunia Pendidikan dan Anak, Pendidik di PPM MBS Yogyakarta.

TIMES MALANG, YOGYAKARTA – Pendidikan Indonesia memiliki problem yang cukup krusial. Selain problem kualitas, Indonesia masih memiliki masalah kompleks seperti sarana dan prasarana, kualitas pengajaran dan juga kekerasan yang masih mengancam anak didik kita.

Di tahun 2023 saja, selama sepekan terjadi 2-3 kasus kekerasan di lingkungan pendidikan. Selama setahun itu pula telah terjadi 136 kasus kekerasan yang dialami anak-anak kita. 

JPPI di tahun 2024 mencatat 60% kekerasan justru terjadi di lingkungan pendidikan. Sementara itu, total kekerasan pada anak yang terjadi di tahun 2024 sejumlah 573 kasus kekerasan terjadi di sekolah. 

Sekolah sebagai ruang dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan pada akhirnya harus jebol oleh kasus kekerasan. Banyak evaluasi dilakukan untuk menganalisis, mengapa di sekolah terjadi kekerasan. Salah satu faktor yang dominan adalah lemahnya pengawasan guru. 

Anak-anak sekarang tentu jauh berbeda dengan anak kita di masa lalu. Setiap zaman membawa dampak dan perubahan tersendiri terhadap karakter manusianya. 

Generasi kita saat ini adalah generasi yang pada kenyataannya memerlukan pengawasan, bimbingan dan pendidikan yang lebih intensif. Pengaruh teknologi, lingkaran pertemanan, serta masyarakat turut serta membentuk dan mempengaruhi kondisi anak didik kita. 

Orang Sekampung

Dalam bukunya Its Take a Village (1996), Hillary Clinton menulis, a community of people must work together to raise a child in a safe and healthy environment (sebuah komunitas masyarakat harus bekerja bersama untuk membesarkan anak dalam lingkungan yang aman dan sehat). 

Pendidikan di masa mendatang memang tidak hanya tanggungjawab sekolah. Keluarga, warga masyarakat dan juga ekosistem pendidikan termasuk sekolah turut serta mempengaruhi perkembangan dan masa depan anak-anak kita. 

Mustahil bila di masa sekarang ada orangtua yang merasa bisa mendidik anak mereka sendiri dengan home schooling di rumah sendiri. Walau banyak model sekolah alternatif serupa, tidak bisa menafikkan peranan lembaga pendidikan seperti sekolah, maupun masyarakat tempat lingkungan mereka bergaul dan tinggal. 

Pendidikan Indonesia

Mengelola pendidikan di Indonesia yang besar dan kompleks memang tidak mudah. Pendidikan di Indonesia menurut pengamatan HAR Tilaar perlu dikembangkan dengan kearifan lokal dan potensi daerah masing-masing.

Konsep pendidikan nasional yang berkebudayaan ala Ki Hajar Dewantara memang penting, tetapi yang tidak boleh dilupakan adalah pengembangan pendidikan dengan karakteristik lokalitas harus terus ditumbuhkan dan dirawat.

Sejak penerapan kurikulum pendidikan pertama kali di tahun 1947 hingga sekarang, terjadi perubahan kurikulum yang cukup signifikan. Salah satu perubahan penting yang patut dicatat adalah bagaimana pendidikan di Indonesia dielaborasikan dalam dunia digital. 

Keberanian Nadiem Makarim bersama kurikulum merdekanya dengan segala pro dan kontranya patut diapresiasi. Kurikulum merdeka berani memadukan konsep pendidikan ala Ki Hajar Dewantara dengan teknologi digital. 

Dalam laju perkembangan dan penerapan kurikulum merdeka yang serentak dan cepat, banyak sekolah bergabung dan mencoba menerapkan kurikulum merdeka. 

Kurikulum merdeka yang singkat itu telah merombak pandangan kita tentang perbaikan pendidikan di Indonesia. Pendidikan guru, pentingnya memerdekakan jiwa murid, dan juga adaptif terhadap teknologi. 

Penekanan kurikulum merdeka melalui tiga segmen penting itu masih menyisakan kritik dan problem di tataran teknis di seluruh sekolah di Indonesia. 

Salah satu kritik yang menonjol adalah lemahnya atau kurangnya perhatian guru pada murid. Kelemahan ini dipicu adanya tata kelola administrasi guru yang membebani guru. Guru dituntut untuk mengisi evaluasi pengelolaan kinerja berbasis aplikasi “centang hijau” setiap hari di kurikulum merdeka.

Lebih Fleksibel

Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti mendengar dan merespon evaluasi dari guru dan masyarakat tentang beban administrasi guru. 

Melalui Siaran Pers Nomor 627/Sipers/A6/XII/2024, pemerintah telah melakukan pembaruan pengelolaan kinerja guru, Kepala Sekolah dan Pengawas. Abdul Mu’ti menyampaikan bahwa penyederhaanan pengelolaan kinerja ini dilakukan agar guru, kepala sekolah lebih terlibat aktif sebagai pendidik dan pembimbing serta menjadi mitra penting dalam penguatan pendidikan karakter dan lebih berpartisipasi di masyarakat.

Penguatan dan pendampingan yang lebih intensif diyakini akan menekan laju pertumbuhan angka kekerasan yang terjadi di lingkungan satuan pendidikan.

Penyederhanaan sistem pengelolaan kinerja dari pengawas, kepala sekolah hingga guru ini diharapkan menjadikan guru dan para stakeholder di sekolah lebih fokus pada murid. 

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Nunuk Suryani menjelaskan penyederhanaan sistem pengelolaan kinerja ini diantaranya; “Mulai Januari 2025, terdapat tiga kemudahan utama dalam pengelolaan kinerja, yaitu pengisian dilaksanakan sekali setiap tahun, guru tidak perlu mengunggah dokumen, dan pengembangan kompetensi tidak lagi berbasis poin. Kemudahan ini memungkinkan guru, kepala sekolah, dan pengawas sekolah dapat fokus pada peningkatan pembelajaran murid.”

Pemerintah melalui Presiden Prabowo memang hendak melakukan perbaikan terhadap masa depan pendidikan anak kita melalui program unggulan diantaranya, makan bergizi gratis, peningkatan sarana dan prasarana, penerapan 7 kebiasaan anak Indonesia hebat, hingga program-program lainnya.

Kita berharap kebijakan yang bertumpu pada murid ini membawa perubahan yang signifikan terhadap peningkatan pelayanan dan kepedulian kepada anak didik kita serta peningkatan kualitas pendidikan kita di masa mendatang. 

***

*) Oleh : Arif Yudistira, Peminat Dunia Pendidikan dan Anak, Pendidik di PPM MBS Yogyakarta.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

*) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Pewarta : Hainorrahman
Editor : Hainorrahman
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Malang just now

Welcome to TIMES Malang

TIMES Malang is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.