TIMES MALANG, YOGYAKARTA – Ibadah qurban bukanlah sekadar ritual tahunan umat Islam yang dilaksanakan pada Hari Raya Idul Adha. Di balik penyembelihan hewan qurban terdapat dimensi spiritual dan sosial-ekonomi yang sangat besar.
Qurban sejatinya adalah wujud ketundukan kepada perintah Allah SWT, sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Ibrahim AS. Namun dalam praktik kontemporer, qurban telah berkembang menjadi instrumen ekonomi keumatan yang potensial, terutama dalam mendorong perputaran sektor peternakan rakyat, distribusi pangan, dan pemberdayaan masyarakat miskin.
Setiap tahun, jutaan umat Islam di seluruh dunia menyembelih hewan qurban, baik berupa kambing, domba, sapi, maupun unta. Di Indonesia, skala ekonomi dari praktik ibadah ini cukup signifikan.
BAZNAS misalnya, memproyeksikan potensi ekonomi qurban pada tahun 2024 mencapai Rp34,3 triliun, berdasarkan estimasi partisipasi sekitar 2,75 juta rumah tangga. Angka ini menggambarkan besarnya peluang qurban untuk dikembangkan sebagai kekuatan ekonomi umat yang berkelanjutan.
Terdapat beberapa kontribusi nyata qurban terhadap penguatan ekonomi Masyarakat. Pertama, qurban mendorong peningkatan permintaan musiman terhadap hewan ternak. Ini memberikan peluang besar bagi peternak lokal, terutama peternak skala kecil dan menengah, yang sering menghadapi tantangan dalam akses pasar.
Bila dikelola secara terencana dan berbasis komunitas, qurban dapat menjadi sumber penghasilan utama yang berkelanjutan. Oleh karena itu, lembaga zakat, koperasi syariah, BMT, dan pesantren sangat berpotensi membentuk ekosistem peternakan terpadu yang berbasis pada prinsip syariah dan berorientasi pada pemberdayaan.
Kedua, dari sisi distribusi, qurban menyasar kelompok mustahik yang selama ini memiliki akses terbatas terhadap sumber protein hewani. Penyaluran daging qurban secara langsung berkontribusi pada peningkatan ketahanan pangan, perbaikan gizi masyarakat, serta pengurangan kesenjangan akses pangan antar kelompok sosial.
Namun, dalam praktiknya, distribusi daging qurban masih menghadapi tantangan. Salah satunya adalah pola distribusi yang belum merata dan cenderung bersifat simbolik atau seremonial di lokasi yang sama dari tahun ke tahun.
Di sisi lain, sering kali terjadi keberlimpahan daging di wilayah perkotaan atau komunitas yang sudah relatif tercukupi, sementara masyarakat di daerah terpencil, pelosok, atau wilayah 3T (tertinggal, terluar, dan terdepan) justru belum tersentuh.
Ketiga, dari sisi panitia qurban, pelaksanaan qurban dapat dijadikan sebagai bagian dari perencanaan keuangan masjid dan jamaah untuk tahun berikutnya. Salah satu contohnya adalah dengan menyelenggarakan program tabungan qurban yang dikelola oleh masjid secara sistematis.
Melalui program ini, jamaah dapat menyisihkan dana secara bertahap sepanjang tahun, sehingga pada saat Idul Adha tiba, mereka telah siap menjadi shohibul qurban. Strategi ini tidak hanya meringankan beban finansial jamaah, tetapi juga berpotensi meningkatkan partisipasi jumlah shohibul qurban pada tahun-tahun berikutnya.
Ekonomi qurban bukan hanya mencerminkan ketaatan spiritual, tetapi juga memiliki potensi besar dalam memperkuat fondasi ekonomi umat. Dengan pengelolaan yang terencana, inklusif, dan berbasis komunitas, ibadah qurban dapat menjadi sarana pemberdayaan peternak lokal, pemerataan distribusi gizi, serta perencanaan keuangan umat yang lebih berkelanjutan.
Maka dari itu, optimalisasi ekonomi qurban melalui sinergi antara lembaga zakat, masjid, koperasi syariah, dan masyarakat perlu terus didorong agar manfaat sosial dan ekonominya semakin luas dan merata.
***
*) Oleh : Rofiul Wahyudi, Dosen Perbankan Syariah, Fakultas Agama Islam, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
______
*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.
Pewarta | : Hainor Rahman |
Editor | : Hainorrahman |