TIMES MALANG, THAILAND – Peperangan dan konflik yang berlaku di dunia ini ada yang diperhatikan global dan ada pula yang diabaikan. Ketika sebuah negara dijajah dan mengalami pembantaian serta genosida, protes anti-kekejaman pun marak terjadi di berbagai belahan dunia.
Sudah saatnya dunia harus membuka mata terhadap krisis kemanusiaan yang melanda Palestina dan Patani-dua bangsa yang menghadapi penindasan dan berjuang mempertahankan hak mereka. Atas dasar kemanusiaan, marilah kita menyadarkan dunia agar tidak lagi berpura-pura buta terhadap penderitaan kaum tertindas.
Sahabat pencinta perdamaian dan kebebasan, jangan biarkan hati kita menjadi tuli, buta, dan bungkam terhadap kezaliman yang terjadi. Perjuangan Muslim Patani melawan penjajahan Siam-Thailand memiliki banyak kesamaan dengan perjuangan rakyat Palestina melawan penjajahan Zionis-Israel.
Kedua perjuangan ini bukan sekadar mempertahankan tanah air, tetapi juga menjaga martabat, identitas, dan agama Islam dari upaya pemaksaan, penindasan, serta asimilasi budaya.
Palestina terletak di timur tengah di bumi Syam yang barakat bumi para nabi dan rasul penduduknya kuam Arab. Patani terletak di Asia Tenggara di Semenanjung Tanah Melayu bumi kononnya barakat dan bumi kelahiran para ulama dan cendekiawan.
Palestina di jajah dan dirampas oleh rezim Israel zionis pada tahun 1948, Patani juga di jajah oleh kerajaan Siam-Thailand pada tahun 1785. Rakyat kedua-dua negara ini selalu dikepung, dibantai, ditahan, dipenjara juga dibunuh dengan kejam oleh rezim penjajah Israel dan Siam.
Rakyat Palestina bangkit gerakan perjuangan menentang Israel, di Patani juga ada pejuang kemerdekaan melawan penjajah Siam, saat mereka gugur sama-sama mendapat gelar syahid.
Agresi serangan militer dan pembantaian terhadap penduduk Patani dan Palestina terus dilakukan, banyak warga umum menjadi mangsa kekejaman. Bahkan wanita menjadi korban penjajah tersebut. Ironisnya anak-anak pun menjadi mangsa kebiadaban mereka.
Palestina telah menjadi simbol perlawanan umat Islam di seluruh dunia, menunjukkan bahwa meskipun mereka menghadapi penjajahan yang memiliki kekuatan militer, tetapi mereka tidak pernah menyerah.
Begitu pula Muslim Patani, meskipun terkepung oleh tekanan politik dan militer Thailand, harus menjadikan perjuangan Palestina sebagai inspirasi dan bukti bahwa kemenangan bukanlah hal yang mustahil.
Kesamaan Perjuangan: Inspirasi yang Menguatkan
Pertama Muslim Patani maupun Palestina berjuang mempertahankan hak mereka atas tanah air, budaya, dan agama Islam. Perjuangan ini mengajarkan bahwa menjaga identitas adalah bentuk ibadah dan perjuangan suci.
Kedua, Kekuatan dari Kesatuan; bahwa pentingnya bergerak bersama melawan penjajah. Ini adalah pelajaran penting bagi Muslim Patani—hanya dengan persatuan, perjuangan dapat menjadi lebih kuat.
Ketiga, Keberanian Melawan Penindasan; Palestina telah menunjukkan bahwa meskipun dunia sering berpaling dari penderitaan mereka, mereka tidak menyerah.
Hal yang sama berlaku untuk Muslim Patani: meskipun perhatian dunia terhadap perjuangan mereka masih minim, semangat dan keberanian mereka adalah senjata paling ampuh.
Pelajaran dari Palestina untuk Muslim Patani
Palestina telah menjadi isu global yang menyatukan umat Islam di seluruh dunia, berbagai cara mereka berjuang baik melalui senjata, pendidikan, budaya, dan politik. Muslim Patani juga harus memanfaatkan simpati dunia Islam melalui advokasi, media, dan diplomasi.
Muslim Patani harus memahami bahwa perjuangan militer saja tidak cukup; membangun generasi yang terdidik dan sadar akan sejarah serta hak-hak mereka adalah bagian dari jihad.
Doa, kesabaran, dan tawakal sebagai pondasi perjuangan mereka. Muslim Patani harus meyakini bahwa kemenangan hanya datang dari Allah. Firman-Nya: “Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya) jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS. Ali Imran: 139).
Muslim Patani harus menjadikan perjuangan Palestina sebagai bukti nyata bahwa penjajahan tidak akan berlangsung selamanya. Dengan persatuan, strategi yang matang, dan keimanan yang kuat, Muslim Patani dapat melanjutkan perjuangan ini dengan semangat baru.
Sebagaimana rakyat Palestina tidak pernah menyerah, demikian pula Muslim Patani harus berdiri teguh, yakin bahwa Allah akan menolong mereka yang berjuang di jalan-Nya.
***
*) Oleh : Husasan Tayeh, Mahasiswa asal Patani Thailand selatan yang sedang studi di Prodi Magister Hukum Universitas Islam Indonesia Yogyakarta.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.
*) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Pewarta | : Hainorrahman |
Editor | : Hainorrahman |